Bekti Prasetyo
All About My Memories
Thursday 9 June 2011
Melunasi Hutang dengan Bantuan Allah
Pagi itu datang seorang pengusaha ekspedisi kepada gurunya yang bernama Habib Umar bin Hud Al Attas (almarhum). Pengusaha tersebut mengeluhkan beban hutang usaha yang tidak lagi sanggup ia pikul.
Tumpah-ruah isi hatinya yang menanggung kegundahan akibat hutang tersebut. Sudah banyak cara ia tempuh, dan pagi itu Allah Swt mengantarkan langkah kakinya untuk berjumpa seorang guru yang ia cintai, seorang hamba Allah yang shalih bernama Al Habib Umar bin Hud Al Attas.
"Bib..., tolongin saya agar saya mampu bayar hutang!" pinta sang pengusaha.
"Memangnya berapa besar hutang yang kamu punya?!" tanya sang guru menyelidik.
"Cukup besar, Bib...! Andai rumah dan seluruh asset perusahaan yang saya punya dijual, hutang tersebut juga belum lunas" jelas sang pengusaha.
"Tidak ada yang besar...! Semua masalah jadi besar kalau kita mengukurnya dari diri kita yang kerdil ini! Tapi kalau kita mengukurnya dari Allah Yang Maha Besar, maka semuanya menjadi kecil. Betul gak?!" tanya Habib Umar kepada pengusaha.
"Ya, Bib...! Gak ada masalah yang besar kalau Allah sudah bantu. Tapi bagaimana caranya agar Allah Swt bantu saya bisa bayar hutang?!" kejar pengusaha itu lagi.
"Caranya doa dong yang sungguh-sungguh kepada Allah! Dia Swt khan bilang bahwa setiap doa pasti terkabulkan!!!"
Merasa sudah mulai terbuka jalannya, pengusaha itupun mengejar lagi, "Terus doa yang mujarab apa, Bib?"
Maka Habib Umar Al Attas pun menyampaikan doa yang pernah diajarkan Rasulullah Saw kepada Abu Bakar Ra.
===
Aisyah Ra menyampaikan bahwa ayahnya pernah datang dan bertanya kepadanya apakah Aisyah mendengar doa yang pernah diajarkan Rasulullah Saw kepada Abu Bakar. Aisyah menjawab bahwa ia belum pernah dengar.
Abu Bakar Ra menjelaskan bahwa Nabi Isa bin Maryam As pernah mengajarkan doa ini kepada para sahabatnya dan beliau berujar, "Bila kalian memiliki hutang sebesar gunung dari emas lalu berdoa kepada Allah Swt dengan doa ini, pasti Allah Swt akan memberinya jalan untuk bisa bayar hutang."
Doa tersebut adalah:
Allahumma Faarijal hamm... Kasyifal ghamm... Mujiba da`watal mudhthariin... Rahmanad dunya wal akhirah wa rahiimahuma. Anta tarhamuni, farhamni birahmatin tughnini biha an rahmati man siwaak
Ya Allah, Yang berkuasa menyingkap kegalauan... Yang Mampu menghilangkan segala kesedihan. Engkaulah Zat Yang Menjawab permohonan orang yang terdesak. Engkau Sang Maha Pengasih dan Penyayang di dunia dan akhirat. Engkau senantiasa merahmatiku, maka rahmati-lah aku dengan sebuah rahmat yang mencukupkanku dari meminta kepada selain-Mu.
Abu Bakar berujar usai menjelaskan doa tersebut kepada putrinya Aisyah bahwa ia memiliki hutang dan beliau adalah orang yang tidak suka berhutang. Aku berdoa kepada Allah Swt dengan doa tersebut sehingga aku memiliki keuntungan usaha yang banyak hingga bisa membayar hutang. (Al Mustadrak alas Shahihaini karya Al Hakim)
===
Usai menjelaskan doa terbebas dari hutang tersebut, maka Habib Umar menceritakan pengalamannya.
"Saya juga pernah berhutang, dan saya banyak berdoa kepada Allah Swt agar mudah menyelesaikannya. Saya bertekad ingin sekali membayar hutang!" papar sang Habib.
"Pernah saya beli sepetak tanah di Singapura dari warga keturunan India di sana. Saya beli pakai installment alias cicil alias hutang"jelas Habib.
"Namun saya selalu berdoa kepada Allah Swt agar saya bisa segera menyelesaikan hutang tersebut. Rasanya gak enak kalau ngutang, khawatir gak ada umur dan kita gak diterima Allah di akhirat gara-gara hutang…. Namun disamping selalu berdoa kepada Allah saya juga pasang niat untuk bayar hutang. Setiap punya uang saya selalu sisihkan untuk bayar… hingga saatnya Allah Swt benar-benar mengabulkan permintaan saya!!!" jelas Habib Umar dengan mata berbinar.
"Bagaimana ijabah doa itu?!" tanya sang pengusaha tidak sabar menanti penjelasan.
"Tiba-tiba dari tanah tersebut keluar pasir putih dalam jumlah yang banyak. Hingga para produsen kaca, gelas & perabot membeli dengan harga mahal pasir putih yang keluar dari tanah tersebut…. Melihat banyak orang berdatangan untuk membeli pasir putih dengan harga mahal, maka sang pemilik tanah pun datang menghampiri saya. Dia menawarkan, andai kata saya berkenan membagi separuh tanah yang saya beli darinya, maka saya tidak perlu membayar apa-apa. Sebab ia menaksir bahwa ia sudah amat untung bila bisa menjual pasir putih kepada para pengusaha kaca yang membutuhkan. Maka saya pun sepakat atas tawarannya, sebab tanah tersebut meski dibagi separuh masih terlalu luas untuk dibangun sebuah rumah di atasnya" terang Habib Umar.
"Namun begitu perjanjian dibuat dan saya bisa mendapatkan tanah tersebut dengan gratis tanpa bayar dan mencicil hutang, maka Allah Swt berkehendak pasir putih pun tidak lagi keluar dari permukaan tanah…" tutup sang Habib.
"Subhanalllah….!!!" pekik sang pengusaha terperanjat mendengar penuturan tersebut.
Tidak lama setelah itu sang pengusaha berpamitan dari rumah Habib Umar. Senang sekali rasanya ia mendapatkan jurus ampuh untuk bayar hutang yang baru ia dengar dari gurunya.
Ia pun semakin giat dan rajin berdoa kepada Allah Swt agar diberi kemudahan dalam urusan hutang. Dan benar saja, hanya dalam tempo singkat pengusaha tersebut bisa keluar dari jerat hutang yang hampir menyita semua asset yang ia punya.
Percayalah, doa kepada Allah Swt bisa menyelesaikan semua masalah. Apalagi cuma hutang! :)
Wednesday 8 June 2011
Keistimewaan Wanita
1. Doa wanita lebih makbul daripada lelaki kerana sifat penyayang yang lebih kuat daripada lelaki. Ketika ditanya kepada Rasulullah S.A.W. akan hal tersebut, jawab baginda: “Ibu lebih penyayang daripada bapak dan doa orang yang penyayang tidak akan sia...-sia”.
2. Wanita yang solehah (baik) itu lebih baik daripada 70 orang lelaki yang soleh.
3. Barang siapa yang menggembirakan anak perempuannya, derajatnya seumpama orang yang sentiasa menangis kerana takutkan Allah S.W.T. dan orang yang takutkan Allah S.W.T. akan diharamkan api neraka ke atas tubuhnya. 4. Barang siapa yang membawa hadiah (barang makanan dari pasar ke rumah) lalu diberikan kepada keluarganya, maka pahalanya seperti bersedekah. Hendaklah mendahulukan anak perempuan daripada anak lelaki. Maka barang siapa yang menyukakan anak perempuan seolah-olah dia memerdekakan anak Nabi Ismail A.S.
5. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama aku (Rasulullah S.A.W.) di dalam syurga.
6. Barang siapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan, lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa takwa serta bertanggungjawab, maka baginya adalah syurga.
7. Daripada Aisyah r.a. “Barang siapa yang diuji dengan sesuatu daripada anak-anak perempuannya, lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya daripada api neraka.
8. Syurga itu di bawah telapak kaki ibu.
9. Apabila memanggil akan engkau dua orang ibu bapamu, maka jawablah panggilan ibumu dahulu.
10. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutup pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu syurga. Masuklah dari mana-mana pintu yang dia kehendaki dengan tidak dihisab.
11. Wanita yang taat akan suaminya, semua ikan-ikan di laut, burung di udara, malaikat di langit, matahari dan bulan, semuanya beristighfar baginya selama mana dia taat kepada suaminya dan direkannya (serta menjaga sembahyang dan puasanya).
12. Aisyah r.a. berkata “Aku bertanya kepada Rasulullah S.A.W., siapakah yang lebih besar haknya terhadap wanita? Jawab baginda, “Suaminya.” “Siapa pula berhak terhadap lelaki?” Jawab Rasulullah S.A.W. “Ibunya”.
13. Perempuan apabila sembahyang lima waktu, puasa bulan Ramadan, memelihara kehormatannya serta taat akan suaminya, masuklah dia dari pintu syurga mana sahaja yang dia kehendaki.
14. Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah S.W.T. memasukkan dia ke dalam syurga lebih dahulu daripada suaminya (10,000 tahun).
15. Apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah S.W.T. mencatatkan baginya setiap hari dengan 1,000 kebaikan dan menghapuskan darinya 1,000 kejahatan. 16. Apabila seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah S.W.T. mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah S.W.T.
17. Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, keluarlah dia daripada dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkannya.
18. Apabila telah lahir (anak) lalu disusui, maka bagi ibu itu setiap satu tegukan daripada susunya diberi satu kebajikan. 19. Apabila semalaman (ibu) tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit, maka Allah S.W.T. memberinya pahala seperti memerdekakan 70 orang hamba dengan ikhlas untuk membela agama Allah S.W.T.
20. Seorang wanita solehah adalah lebih baik daripada 70 orang wali.
21. Seorang wanita yang jahat adalah lebih buruk dari pada 1,000 lelaki yang jahat.
22. 2 rakaat sholat dari wanita yang hamil adalah lebih baik daripada 80 rakaat solat wanita yang tidak hamil.
23. Wanita yang memberi minum susu kepada anaknya daripada badannya (susu badan)akan dapat satu pahala dari pada tiap-tiap titik susu yang diberikannya.
24. Wanita yang melayani dengan baik suami yang pulang ke rumah di dalam keadaan letih akan mendapat pahala jihad. 25. Wanita yang melihat suaminya dengan kasih sayang dan suami yang melihat isterinya dengan kasih sayang akan dipandang Allah dengan penuh rahmat.
26. Wanita yang menyebabkan suaminya keluar dan berjuang ke jalan Allah dan kemudian menjaga adab rumah tangganya akan masuk syurga 500 tahun lebih awal daripada suaminya, akan menjadi ketua 70,000 malaikat dan bidadari dan wanita itu akan dimandikan di dalam syurga, dan menunggu suaminya dengan menunggang kuda yang dibuat daripada yakut.
27. Wanita yang tidak cukup tidur pada malam hari kerana menjaga anak yang sakit akan diampunkan oleh Allah akan seluruh dosanya dan bila dia hiburkan hati anaknya Allah memberi 12 tahun pahala ibadat.
28. Wanita yang memerah susu binatang dengan “bismillah” akan didoakan oleh binatang itu dengan doa keberkatan. 29. Wanita yang menguli tepung gandum dengan “bismillah”, Allah akan berkatkan rezekinya.
30. Wanita yang menyapu lantai dengan berzikir akan mendapat pahala seperti menyapu lantai di baitullah.
31. Wanita yang hamil akan dapat pahala berpuasa pada siang hari.
32. Wanita yang hamil akan dapat pahala beribadat pada malam hari.
33. Wanita yang bersalin akan mendapat pahala 70 tahun solat dan puasa dan setiap kesakitan pada satu uratnya Allah mengurniakan satu pahala haji.
34. Sekiranya wanita mati dalam masa 40 hari selepas bersalin, dia akan dikira sebagai mati syahid.
35. Jika wanita melayani suami tanpa khianat akan mendapat pahala 12 tahun sholat.
36. Jika wanita menyusui anaknya sampai cukup tempo(2 thn), maka malaikat-malaikat dilangit akan kabarkan berita bahwa syurga wajib baginya.
37. Jika wanita memberi susu badannya kepada anaknya yang menangis, Allah akan memberi pahala satu tahun solat dan puasa.
38. Jika wanita memijat suami tanpa disuruh akan mendapat pahala 7 bola emas dan jika wanita memijit suami bila disuruh akan mendapat pahala 7 bola perak.
39. Wanita yang meninggal dunia dengan keredhaan suaminya akan memasuki syurga.
40. Jika suami mengajarkan isterinya satu masalah akan mendapat pahala 80 tahun ibadat.
41. Semua orang akan dipanggil untuk melihat wajah Allah di akhirat, tetapi Allah akan datang sendiri kepada wanita yang memberati auratnya yaitu memakai purdah di dunia ini dengan istiqamah.
Wednesday 1 June 2011
5 YANG PENTING KALA BAYI BELAJAR JALAN
Latihan berjalan implikasinya sangat luas bagi perkembangan psikologis anak. Antara lain dalam sense of autonomy berikut kemandiriannya. Secara bertahap anak memahami bahwa segala sesuatu yang diinginkannya haruslah diusahakan. Nah, agar latihannya berjalan baik dibutuhkan stimulus dan dukungan dari orangtua. Berikut hal-hal yang harus diperhatikan kala anak sedang belajar jalan seperti dijelaskan dr. Rini Sekartini, Sp.A., dari bagian Tumbuh Kembang Anak, Departemen Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
1. CIPTAKAN LINGKUNGAN AMAN
Kala bayi mulai tertatih-tatih belajar jalan biasanya selain merasa senang para orangtua pun mulai “senam jantung”. Bagaimana tidak? Kini si bayi mulai ingin mengenali dunianya yang lebih luas dengan “menjelajah” hingga ke setiap sudut rumah. Mungkin bila dijumlahkan setiap hari entah sudah berapa belas meter jarak yang ditempuhnya.
Keterampilan barunya ini membuat bayi bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Meski sebatas di dalam rumah, “penjelajahan” ini mengundang situasi yang rawan kecelakaan. Contohnya, bagaimana bila tiba-tiba dengan langkahnya yang masih limbung si kecil nyelonong masuk ke kamar mandi yang lantainya licin, atau tiba-tiba menabrak guci besar di pojok ruang yang dapat mencederai dirinya. Bila terjadi kecelakaan akibat eksplorasinya tentu saja bayi tidak bisa disalahkan. Ia belum tahu benda apa saja dan mana tempat yang berbahaya ataupun tidak.
Menjadi tugas orangtua untuk meminimalkan segala risiko dengan tidak menempatkan barang-barang yang mengundang bahaya di jalur yang akan dilalui bayi. Selain itu, pastikan pula keamanan daerah “steril” bagi bayi, terutama dapur dan kamar mandi karena di kedua tempat ini terdapat banyak hal yang dapat menyebabkan kecelakaan pada bayi.
Selanjutnya, area menuju lantai atas, dapur, dan ke kamar mandi, sebaiknya dilengkapi dengan pintu pengaman berupa pagar pembatas. Kabel listrik yang tak tertata rapi juga sering menjadi biang keladi tersandungnya si kecil yang sedang “asyik” berjalan. Belum lagi kemungkinan sengatan listrik bila kabelnya sudah terkelupas. Oleh sebab itu, aturlah jalinan kabel dengan baik sehingga tak centang perenang.
Biasanya bayi yang sudah mampu berdiri dan berjalan tertarik pada apa saja yang ada di atas meja. Tak heran kalau dalam sekejap kemudian ia akan menarik benda apa saja yang menarik perhatiannya tadi. Guna meminimalkan risiko bahaya, untuk sementara singkirkan taplak meja. Kalaupun ingin menggunakan taplak meja, pilihlah yang ukurannya lebih kecil dari daun meja sehingga tak sampai menjumbai di sisi meja.
Perabot, terutama meja yang bersudut tajam, sebaiknya juga disingkirkan untuk sementara waktu atau akali dengan memasang pengaman sudut. Soalnya, bayi yang sedang belajar berjalan sangat berisiko terbentur sudut meja yang tajam.
Patut diingat, menciptakan lingkungan yang aman bukanlah dengan membatasi ruang eksplorasi bayi. Yang diperlukan bayi adalah pengawasan orangtua sekaligus area yang dapat membuatnya leluasa berjalan-jalan ke sana dan kemari.
2. PILIH SEPATU YANG TEPAT
Sepatu berfungsi melindungi kaki bayi dari partikel dan benda yang bisa mencederainya. Di luar lingkungan rumah, sebaiknya pakaikan sepatu yang dapat menunjang kemampuan bayi berjalan.
Pilih sepatu bersol datar dan lembut untuk memudahkan anak berjalan sekaligus tetap mendapat cukup rangsangan dari bawah. Hindari sepatu dengan pengganjal di bagian lekukan kaki karena akan mengganggu pertumbuhan tulang belulangnya. Hindari juga ujung sepatu yang runcing/menyempit yang membuat ruang gerak jari-jemarinya terhambat.
Pastikan sepatu bayi berukuran pas, tidak sempit dan tidak terlalu longgar. Patokannya, lebihkan sedikit (kira-kira satu ruas ibu jari orang dewasa) pada bagian ujung sepatu. Pilih model dengan tali/kancing/perekat yang dapat mengatur kekencangan sepatu secara tepat. Kaus kaki yang akan digunakan juga tidak dianjurkan terlalu ketat karena dapat mengganggu peredaran darah. Pilih bahan katun agar mudah menyerap keringat sekaligus membantu menjaga sirkulasi udara dalam sepatu.
Saat berjalan-jalan di rumah, bayi tak perlu diberi alas kaki. Tanpa sepatu, kaki bayi akan menerima rangsangan-rangsangan dari luar. Kakinya juga akan mendapat tekanan dari bawah sebagai latihan bagi otot-ototnya. Ini dapat mengasah kemampuan koordinasinya menjadi lebih bagus. Berkat tekanan-tekanan pada permukaan telapak kaki, pertumbuhan tulang kaki menjadi lebih baik. Selanjutnya, akan terbentuk kaki yang baik dengan otot-otot yang lebih kuat. Latihan bertelanjang kaki seperti ini sangat diperlukan di rumah mengingat pertumbuhan tulang akan terus berlanjut sampai anak berusia 17-18 tahun.
Untuk menjamin kesehatan dan kenyamanan kakinya, periksa ukuran sepatu secara berkala mengingat pertumbuhan kaki bayi amat cepat, terutama bila ditunjang gizi yang baik. Sepatu yang kekecilan pasti akan membuatnya tak nyaman. Sepatu kekecilan akan meninggalkan warna kemerahan di pinggir jari atau kaki bayi akibat tekanannya dan dapat menyebabkan iritasi.
3. TUMBUHKAN KEPERCAYAAN DIRI
Pada prinsipnya, selama sudah dipastikan tidak ada gangguan saraf atau kelainan otot, anak pasti bisa berjalan. Memang, sih, usia berjalan pada setiap anak bisa berbeda-beda, namun umumnya rentang waktu yang normal adalah usia 11-18 bulan.
Kecemasan umumnya muncul jika setelah berusia 1 tahun, si kecil belum juga bisa berjalan. Atau biasanya sudah bisa berjalan sebentar, tapi setelah itu mogok. Untuk memastikan ada tidaknya gangguan, tentu harus diperiksakan ke dokter. Bila tak ada gangguan, boleh jadi ia butuh rangsangan agar dapat berjalan tepat pada waktunya.
Anak yang mogok belajar jalan mungkin terlena oleh kemanjaan dari orangtua atau pengasuhnya. Contohnya, kelewat sering digendong sehingga anak tak mendapat stimulasi untuk aktif bergerak. Kemanjaan seperti ini memang bisa menghambat perkembangan kemampuan berjalannya.
Sayangnya, sering kali orangtua tidak menyadari kemanjaan yang mereka limpahkan. Contohnya, lantaran kelewat sayang, orangtua khawatir melihat anaknya limbung. Belum sempat anak melangkah, orangtua sudah langsung mengulurkan bantuan. Kalau semua kebutuhan dan kemudahan sudah ada di depan mata, jangan salahkan kalau si kecil jadi enggan belajar berjalan.
Keengganan latihan berjalan bisa juga lantaran kurangnya rasa percaya diri. Boleh jadi saat pertama kali belajar jalan, ia terjatuh cukup keras. Baik anak maupun orangtua biasanya jadi jera mencoba dan mencoba lagi. Padahal ketakutan berlebih seperti ini harus dikikis. Secara perlahan orangtua mesti meyakinkan anaknya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Tunjukkan dengan bukti konkret, semisal dengan terus mendampinginya berlatih dan menyediakan lingkungan yang aman.
Agar anak mau berjalan lagi, dibutuhkan stimulus yang dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya. Pancing semangat anak dengan sikap gembira tanpa harus memaksa. Gunakan mainan yang menarik agar anak mau mendatanginya. Letakkan agak ke atas sehingga ia perlu berdiri untuk menjangkaunya. Dengan begitu, sedikit demi sedikit, anak tergerak untuk berani mencoba berjalan sendiri, tanpa ditatih atau berpegangan. Kalaupun sampai terjatuh, jangan tunjukkan sikap panik di hadapannya. Perhatikan apakah ia perlu ditolong saat itu juga atau bisa dibiarkan bangkit sendiri. Sikap panik orangtua/pengasuh hanya akan membuat rasa percaya dirinya luntur.
4. PIJAT PERKUAT OTOT KAKI
Selama belajar berjalan, anak mengandalkan otot-otot kakinya untuk menjaga keseimbangan. Dengan rekomendasi dokter anak, orangtua dapat melakukan pijat bayi yang bertujuan menguatkan otot-otot kakinya. Misalnya, dengan cara menelentangkan bayi kemudian minta ia memegang telapak kakinya sambil sedikit didorong. Secara refleks anak akan melakukan gerakan seperti menendang. Latihan yang intens dan tepat terbukti mampu menguatkan otot kakinya.
Tanyakan pada dokter, teknik-teknik pijatan apa yang dapat menguatkan otot kaki. Membawa anak ke tukang pijat tradisional boleh saja asalkan dilakukan dengan hati-hati. Akan lebih baik jika Anda berbekal rekomendasi dokter lalu membawa si bayi ke fisioterapis. Pelajari tekniknya dengan benar. Yang pasti, pijatan yang dilakukan fisioterapis biasanya berlandaskan ilmu yang bisa dipertanggungjawabkan.
5. PERHATIKAN BERAT TUBUH
Sering juga terjadi anak malas belajar jalan akibat kegemukan. Bagi bayi dengan berat badan berlebih, menjaga keseimbangan tubuh jelas lebih sulit. Upayakan agar asupan makanannya seimbang, tidak berlebih dan tidak kurang. Selain itu, fisioterapis dapat membantu bayi dengan program yang tepat. Misalnya dengan teknik mendorong bola besar yang biasa digunakan untuk latihan motorik.
ALAT BANTU BELAJAR JALAN
Beberapa alat diciptakan untuk membantu anak belajar jalan. Prinsip yang tidak boleh absen dari alat ini adalah si bayi tetap perlu ditatih dan menatih. Dengan begitu, setiap kali bayi menjejak ke tanah, maka otot-otot kakinya akan semakin aktif dan kemampuan berjalannya kian terasah.
Nenek moyang kita dulu menggunakan kain yang dililitkan ke dada hingga ketiak bayi. Sisa kain yang menjuntai ke belakang digunakan orangtua untuk membantu mengendalikan keseimbangan tubuh bayi sambil menatihnya. Cara ini tetap aman ditiru hingga sekarang.
Ada juga alat berputar yang bertumpu pada satu poros. Dengan berpegangan pada bilah melintang, secara tidak langsung anak diharuskan untuk berjalan saat mendorong alat tersebut. Atau bisa juga dengan menyediakan hangbar seperti yang ada di pusat-pusat terapi. Intinya, ada satu benda kokoh yang digunakan untuk berpegangan saat keseimbangannya masih labil.
Alat bantu jalan juga dapat difungsikan sebagai mainan, di antaranya kereta dorong. Pastikan dudukan mainan ini cukup mantap sehingga bila anak bertumpu padanya, alat ini tidak mudah terguling. Prinsipnya pun seperti menatih karena bayi “dipaksa” melangkah agar kereta dorong tersebut bisa bergerak.
Yang tidak dianjurkan adalah babywalker karena penggunaan alat ini malah bisa memperlambat kemampuan berjalan si kecil. Posisi duduk dalam babywalker membuat bayi nyaris selalu tersangga sehingga ia tidak cukup terlatih untuk menopang dirinya sendiri. Selain itu, penggunaan babywalker yang berlebihan juga dapat mengakibatkan anak jalan berjingkat/jinjit akibat terbiasa bergerak maju dengan cara mengayuh.
TAHAPAN BAYI BERJALAN
Proses berjalan bayi umumnya dimulai pada usia 9 bulan dengan tahapan berikut:
* Bulan ke-9
Berdiri tegak bila kedua tangan dipegang. Kalau kita biarkan si bayi berdiri (kita hanya pegang kedua tangannya) ia akan berdiri tegak selama beberapa detik di atas kakinya. Ia menahan keseimbangan tubuh yang seluruhnya terletak pada kedua telapak kaki. Berdiri dengan cara demikian hanya sebentar saja dapat dilakukannya karena ia memang belum menguasai keseimbangan badan pada sikap badan tegak lurus.
* Bulan ke-10
Bayi bergayut pada perabot rumah dan mengangkat badan sampai berdiri. Seperti halnya pada perkembangan merangkak, bayi 10 bulan sudah dapat mengangkat badannya sampai sikap “empat kaki”. Dari sikap ini ia kemudian bergayut pada perabot dan menarik badannya ke atas sampai berdiri. Dari sikap berlutut atau setengah berlutut, ia melangkahkan sebelah kakinya ke depan, menjejak dengan telapak kakinya dan menarik badannya hingga berdiri.
Berdiri sambil berpegang pada sesuatu. Bila bayi dapat berpegang pada perabot rumah atau benda kokoh lainnya, ia dapat berdiri selama 1/2 menit. Pada sikap ini telapak kaki bukan hanya ujung-ujung jari kaki saja, tapi seluruh alas telapak kaki menyentuh permukaan lantai.
* Bulan ke-11
Berjalan ke samping sambil merambat pada perabot dalam rumah. Percaya dirinya tumbuh dengan ditandainya melalui sikap berdiri yang memungkinkan anak memindah-mindahkan berat badannya. Mulai pada kaki kiri lalu pindah ke kaki kanan. Dengan kemampuan inilah anak “berjalan di tempat” atau melangkah ke samping.
Berjalan bila kedua tangan dipegang/ditatih. Bila bayi kita pegang kedua tangannya, ia pun mulai mencoba berjalan. Setelah kakinya melangkah maju, pinggul digerakkan ke depan dan berat badan ditopang oleh telapak kaki. Langkahnya memang masih agak tertahan-tahan, belum mantap dengan kaki terbentang lebar.
* Bulan ke-12
Berjalan jika sebelah tangannya dipegang. Langkah-langkahnya memang belum mantap dan kedua kaki masih terbentang lebar. Anak masih gampang kehilangan keseimbangan hingga orang dewasa masih harus memegangnya dan selalu siap menangkapnya bila ia terjatuh.
* Bulan ke-13 dan seterusnya.
Mulai menjadi “ahli”. Kemantapan anak berjalan mulai menunjukkan hasil. Kita akan takjub bila suatu saat dia sudah mampu berjalan dengan cepat. Meski perkembangan setiap anak berbeda-beda, umumnya di usia 18 bulan hingga 2 tahun anak sudah dapat berjalan tegak dengan keseimbangan yang lebih mantap tanpa perlu lagi dipegangi.
Sumber 365 Hari Pertama Perkembangan Bayi Sehat; Theodor Hellbrugge dan J.H. von Wimpffen, ed.; Pustaka Sinar Harapan; 2002
Santi Hartono
Monday 30 May 2011
Memberi Nama Anak Dengan Nama Kakeknya
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang kepunyaan-Nya nama-nama yang mahaindah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah sebagai teladan dalam ber-Islam, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Di Indonesia, jarang kita temukan seseorang memberi nama anaknya seperti nama bapaknya. Mungkin saja kalau ini ada, bisa menimbulkan tanda tanya. Padahal tradisi seperti ini tidak asing pada zaman Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan para sahabatnya serta abad-abad sesudahnya. Tidak sedikit dari para ulama memberikan nama anaknya dengan nama bapaknya.
Sesungguhnya memberi nama anak dengan nama bapaknya (kakek dari si anak) adalah sesuatu yang masyru' dalam Islam, karenanya tidak boleh diingkari. Apalagi kalau kakeknya tersebut sebagai orang shalih dan berharap anak tadi menjadi seperti kakeknya. Karena nama, disamping sebagai panggilan juga sebagai doa.
Terdapat dalam Shahih Muslim dan lainnya, dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu, Rasullullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Malam tadi aku dianugerahi seorang bayi laki-laki, segera aku namai ia dengan nama bapakku, yakni Ibrahim." (HR. Muslim)
Pernyataan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam di atas yang menamakan anak beliau dengan nama bapaknya, Ibrahim, tidak bertentangan dengan kesepakatan bahwa nama bapak kandung beliau adalah Abdullah. Abdullah adalah bapak kandungnya secara langsung, sementara Nabi Ibrahim 'alaihimas salam adalah bapak dari kakek-kakeknya. Beliau adalah bapak dari Nabi Ismail 'alaihimas salam, sementara Islamil adalah bapak (moyang) dari bangsa Arab 'And yang nasab suku Quraisy berujung padanya. Dan Quraisy adalah suku/kabilah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam.
Sementara dalam kebiasaan bangsa Arab, kakek disebut sebagai bapak sebagaimana firman Allah tentang ucapan Nabi Yusuf 'alaihis salam: "Dan aku mengikut agama bapak-bapakku yaitu Ibrahim, Ishak dan Yakub." (QS. Yusuf: 38)
Dan juga sebagaimana firman Allah Ta'ala tentang ucapan lisan Nabi Ya'kub 'alaihis salam:
"Sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada dua orang bapakmu sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. Yusuf: 6)
Nabi Ibrahim dan Ishaq dalam dua ayat di atas merupakan kakek dari Nabi Yusuf 'alaihis salam, bukan sebagai bapak kandung langsung. Bapak kandung beliau adalah Ya'kub 'alaihis salam.
Pemberian nama anak dengan nama kakeknya (bapak dari sang ayah) telah dilakukan oleh seorang salafus shaleh, al-Husain bin Ali Radhiyallahu 'Anhuma telah menamai anaknya Ali (Zainal Abidin) yang merupakan nama ayahnya Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'Anhu.
Jadi memberi nama anak dengan nama bapaknya (kakek dari sang anak) bukan sesuatu yang dilarang, tapi termasuk sesuatu yang dibolehkan. Apalagi tradisi semacam itu telah dilakukan para pendahulu dari umat ini yang shalih. Wallahu Ta'ala a'lam.
Oleh: Badrul Tamam
sumber: http://www.voa-islam.com/islamia/tsaqofah/2011/05/30/14995/memberi-nama-anak-dengan-kakeknya/
Mendidik Anak Cara Nabi Ibrahim
Kawinilah wanita yang kamu cintai lagi subur (banyak melahirkan) karena aku akan bangga dengan banyaknya kamu terhadap umat lainnya. [HR. Al-Hakim]
Begitulah anjuran Rasulullah saw kepada umatnya untuk memiliki anak keturunan.
Sehingga lahirnya anak bukan saja penantian kedua orang tuanya, tetapi suatu hal yang dinanti oleh Rasulullah saw. Dan tentu saja anak yang dinanti adalah anak yang akan menjadi umatnya Muhammad saw. Berarti, ada satu amanah yang dipikul oleh kedua orang tua, yaitu bagaimana menjadikan atau mentarbiyah anak—yang titipan Allah itu—menjadi bagian dari umat Muhammad saw.
Untuk menjadi bagian dari umat Muhammad saw. harus memiliki karakteristik yang disebutkan oleh Allah swt.:
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu Kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya Karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. [QS. Al-Fath, 48: 29]
Jadi karakteristik umat Muhammad saw adalah: [1] keras terhadap orang Kafir, keras dalam prinsip, [2] berkasih sayang terhadap sesama umat Muhammad, [3] mendirikan shalat, [4] terdapat dampak positif dari aktivitas shalatnya, sehingga orang-orang yang lurus, yang hanif menyukainya dan tentu saja orang-orang yang turut serta mentarbiyahnya.
Untuk mentarbiyah anak yang akan menjadi bagian dari Umat Muhammad saw. bisa kita mengambil dari caranya Nabi Ibrahim, yang Allah ceritakan dari isi doanya Nabi Ibrahim dalam surat Ibrahim berikut ini:
Ya Tuhan kami, Sesungguhnya Aku Telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur.
Ya Tuhan kami, Sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan; dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit.
Segala puji bagi Allah yang Telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha mendengar (memperkenankan) doa.
Ya Tuhanku, jadikanlah Aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.
Ya Tuhan kami, beri ampunlah Aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)”. [Ibrahim: 37-41]
Dari doanya itu kita bisa melihat bagaimana cara Nabi Ibrahim mendidik anak, keluarga dan keturunannya yang hasilnya sudah bisa kita ketahui, kedua anaknya—Ismail dan Ishaq—menjadi manusia pilihan Allah:
Cara pertama mentarbiyah anak adalah mencari, membentuk biah yang shalihah. Representasi biah, lingkungan yang shalihah bagi Nabi Ibrahim Baitullah [rumah Allah], dan kalau kita adalah masjid [rumah Allah]. Maka, kita bertempat tinggal dekat dengan masjid atau anak-anak kita lebih sering ke masjid, mereka mencintai masjid. Bukankah salah satu golongan yang mendapat naungan Allah di saat tidak ada lagi naungan adalah pemuda yang hatinya cenderung kepada masjid.
Kendala yang mungkin kita akan temukan adalah teladan—padahal belajar yang paling mudah itu adalah meniru—dari ayah yang berangkat kerjanya ba’da subuh yang mungkin tidak sempat ke masjid dan pulangnya sampai rumah ba’da Isya, praktis anak tidak melihat contoh shalat di masjid dari orang tuanya. Selain itu, kendala yang sering kita hadapi adalah mencari masjid yang ramah anak, para pengurus masjid dan jamaahnya terlihat kurang suka melihat anak dan khawatir terganggu kekhusu’annya, dan ini dipengaruhi oleh pengalamannya selama ini bahwa anak-anak sulit untuk tertib di masjid.
Cara kedua adalah mentarbiyah anak agar mendirikan shalat. Mendirikan shalat ini merupakan karakter umat Muhammad saw sebagaimana yang uraian di atas. Nabi Ibrahim bahkan lebih khusus di ayat yang ke-40 dari surat Ibrahim berdoa agar anak keturunannya tetap mendirikan shalat. Shalat merupakan salah satu pembeda antara umat Muhammad saw dengan selainnya. Shalat merupakan sesuatu yang sangat penting, mengingat Rasulullah saw memberikan arahan tentang keharusan pembelajaran shalat kepada anak: suruhlah anak shalat pada usia 7 tahun, dan pukullah bila tidak shalat pada usia 10 tahun. Rasulullah saw membolehkan memukul anak di usia 10 tahun kalau dia tidak melakukan shalat dari pertama kali disuruh di usia 7 tahun. Ini artinya ada masa 3 tahun, orang tua untuk mendidik anak-anaknya untuk shalat. Dan waktu yang cukup untuk melakukan pendidikan shalat.
Proses tarbiyah anak dalam melakukan shalat, sering mengalami gangguan dari berbagai kalangan dan lingkungan. Dari pendisiplinan formal di sekolah dan di rumah, kadang membuat kegiatan [baca: pendidikan] shalat menjadi kurang mulus dan bahkan fatal, terutama cara membangun citra shalat dalam pandangan anak. Baru-baru ini, ada seorang suami yang diadukan oleh istrinya tidak pernah shalat kepada ustadzahnya, ketika ditanya penyebabnya, ternyata dia trauma dengan perintah shalat. Setiap mendengar perintah shalat maka terbayang mesti tidur di luar rumah, karena ketika kecil bila tidak shalat harus keluar rumah. Sehingga kesan yang terbentuk di kepala anak kegiatan shalat itu tidak enak, tidak menyenangkan, dan bahkan menyebalkan. Kalau hal ini terbentuk bertahun-tahun tanpa ada koreksi, maka sudah bisa dibayangkan hasilnya, terbentuknya seorang anak [muslim] yang tidak shalat.
Cara keempat adalah mentarbiyah anak agar disenangi banyak orang. Orang senang bergaul dengan anak kita, seperti yang diperintahkan oleh Rasulullah saw: “Berinteraksilah dengan manusia dengan akhlaq yang baik.” [HR. Bukhari]. Anak kita diberikan cerita tentang Rasulullah saw, supaya muncul kebanggaan dan kekaguman kepada nabinya, yang pada gilirannya menjadi Rasulullah menjadi teladannya. Kalau anak kita dapat meneladani Rasulullah saw berarti mereka sudah memiliki akhlaq yang baik karena—sebagaimana kita ketahui—Rasulullah memiliki akhlaq yang baik seperti pujian Allah di dalam al-Quran: “Sesungguhnya engkau [Muhammad] berakhlaq yang agung.” [Al-Qalam, 68: 4]
Cara ketiga adalah mentarbiyah anak agar dapat menjemput rezki yang Allah telah siapkan bagi setiap orang. Anak ditarbiyah untuk memiliki life skill [keterampilan hidup] dan skill to life [keterampilan untuk hidup]. Rezki yang telah Allah siapkan Setelah itu anak diajarkan untuk bersyukur.
Cara keempat adalah mentarbiyah anak dengan mempertebal terus keimanan, sampai harus merasakan kebersamaan dan pengawasan Allah kepada mereka.
Cara kelima adalah mentarbiyah anak agar tetap memperhatikan orang-orang yang berjasa—sekalipun sekadar doa—dan peduli terhadap orang-orang yang beriman yang ada di sekitarnya baik yang ada sekarang maupun yang telah mendahuluinya.
sumber:
http://www.smsdakwah.com/tarbiyah-ailiyah/tarbiyatul-aulad/54-mendidik-anak-cara-nabi-ibrahim-.html
Friday 27 May 2011
Cerita Nabi Muhammad SAW dan Kucingnya.
Diceritakan dalam suatu kisah, Nabi Muhammad SAW memiliki seekor kucing yang diberi nama Mueeza. Suatu saat, dikala nabi hendak mengambil jubahnya, di temuinya Mueeza sedang terlelap tidur dengan santai diatas jubahnya. Tak ingin mengganggu hewan kesayangannya itu, nabi pun memotong belahan lengan yang ditiduri mueeza dari jubahnya. Ketika Nabi kembali ke rumah, Muezza terbangun dan merunduk kepada majikannya. Sebgai balasan, nabi menyatakan kasih sayangnya dengan mengelus lembut ke badan mungil kucing itu.
Dalam aktivitas lain, setiap kali Nabi menerima tamu di rumahnya, nabi selalu menggendong mueeza dan di taruh dipahanya. Salah satu sifat Mueeza yang nabi sukai ialah, ia selalu mengeong ketika mendengar azan, dan seolah-olah suaranya terdengar seperti mengikuti lantunan suara adzan. Bahkan kepada para sahabatnya, nabi berpesan untuk menyayangi kucing peliharaan layaknya menyanyangi keluarga sendiri.
Hukuman bagi mereka yang menyakiti hewan lucu ini sangatlah serius, dalam sebuah hadist shahih Al bukhori, dikisahkan tentang seorang wanita yang tidak pernah memberi makan kucingnya, dan tidak pula melepas kucingnya untuk mencari makan sendiri, Nabi SAW pun menjelaskan bahwa hukuman bagi wanita ini adalah siksa neraka.
Beberapa diantara orang terdekat nabi juga memelihara kucing. Aisyah binti abubakar shiddiq, istri nabi amat menyayangi kucing, dan merasa amat kehilangan dikala ditinggal pergi oleh si kucing. Abdurrahman bin sakhr al Azdi. diberi julukan Abu huruyrah (bapak para kucing jantan), karena kegemarannya dalam merawat dan memelihara berbagai kucing jantan dirumahnya.
Penghormatan para tokoh islam terhadap kucing pasca wafatnya Nabi SAW.
Dalam buku yang berjudul Cats of Cairo, Baybars al zahir, seorang sultan dari dinasti mamluk yang terkenal tegas dan berani, ternyata sangat menyayangi kucing. Bahkan al zahir sengaja membangun taman-taman khusus bagi kucing dan menyediakan berbagai jenis makanan didalamnya.
Tradisi ini akhirnya menjadi adat istiadat di berbagai kota-kota besar negara islam. Hingga saat ini, mulai dari damaskus, istanbul, hingga kairo, masih bisa kita jumpai kucing-kucing yang berkeliaran di pojok-pojok masjid tua dengan berbagai macam makanan yang disediakan oleh penduduk setempat.
Pengaruh Kucing dalam Seni Islam.
Pada abad 13, sebagai manifestasi penghargaan masyarakat islam, rupa kucing dijadikan sebagai ukiran cincin para khalifah, termasuk porselen, patung hingga mata uang. Bahkan didunia sastra, para penyair tak ragu untuk membuat syair bagi kucing peliharaannya yang telah berjasa melindungi buku-buku mereka dari gigitan tikus dan serangga lainnya.
Kucing yang memberi inspirasi bagi para sufi.
Seorang Sufi ternama bernama ibnu bashad yang hidup pada abad ke sepuluh bercerita, suatu saat ia dan sahabat-sahabatnya sedang duduk santai melepas lelah di atas atap masjid kota kairo sambil menikmati makan malam. Ketika seekor kucing melewatinya, Ibnu bashad memberi sepotong daging kepada kucing itu, namun tak lama kemudian kucing itu balik lagi, setelah memberinya potongan yang ke dua, diam-diam ibnu bashad mengikuti kearah kucing itu pergi, hingga akhirnya ia sampai disebuah atap rumah kumuh, dan didapatinya si kucing tadi sedang menyodorkan sepotong daging yang diberikan ibnu bashad kepada kucing lain yang buta kedua matanya. Peristiwa ini sangat menyentuh hatinya. hingga ia menjadi seorang sufi sampai ajal menjemputnya pada tahun 1067.
Ada juga cerita tentang seorang sufi di Iraq yang bernama Shibli, ia bermimpi dosa-dosanya diampuni setelah menyelamatkan nyawa seekor anak kucing dari bahaya. Selain itu, kaum sufi juga percaya, bahwa dengkuran nafas kucing memiliki irama yang sama dengan dzikir kalimah Allah.
Cerita yang dijadikan sebagai sauri tauladan
Salah satu cerita yang cukup mahsyur yaitu tentang seekor kucing peliharaan yang dipercaya oleh seorang pria, untuk menjaga anaknya yang masih bayi dikala ia pergi selama beberapa saat. Bagaikan prajurit yang mengawal tuannya, kucing itu tak hentinya berjaga di sekitar sang bayi. Tak lama kemudian melintaslah ular berbisa yang sangat berbahaya di dekat si bayi mungil tersebut. Kucing itu dengan sigapnya menyerang ular itu hingga mati dengan darah yang berceceran.
Sorenya ketika si pria pulang, ia kaget melihat begitu banyak darah di kasur bayinya. Prasangkanya berbisik, si kucing telah membunuh anak kesayangannya! Tak ayal lagi, ia mengambil pisau dan memenggal leher kucing yang tak berdosa itu.
Setelah melakukan aksi keji itu, tiba-tiba sang pria tersebut tersentak kaget, bagaimana tidak! ia melihat anaknya terbangun, dengan bangkai ular yang telah tercabik di bawah tempat tidur anaknya. melihat itu, si pria menangis dan menyesali perbuatannya setelah menyadari bahwa ia telah membunuh kucing peliharaannya yang telah bertaruh nyawa menjaga keselamatan anaknya. Kisah ini menjadi refleksi bagi masyarakat islam di timur tengah untuk tidak berburuk sangka kepada siapapun.
Adakah manfaat kucing bagi dunia ilmu pengetahuan?
Salah satu kitab terkenal yang ditulis oleh cendikia muslim tempo dulu adalah kitab hayat al hayaawan yang telah menjadi inspirasi bagi perkembangan dunia zoologi saat ini, Salah satu isinya mengenai ilmu medis, banyak para dokter muslim tempo dulu yang menjadikan kucing sebagai terapi medis untuk penyembuhan tulang, melalui dengkuran suaranya yang setara dengan gelombang sebesar 50 hertz. Dengkuran tersebut menjadi frekuensi optimal dalam menstimulasi pemulihan tulang.
Tak hanya ilmu pengetahuan, bangsa barat juga banyak membawa berbagai jenis kucing dari timur tengah, hingga akhirnya kepunahan kucing akibat mitos alat sihir dapat terselamatkan. (dari berbagai sumber)
Subscribe to:
Posts (Atom)
Melunasi Hutang dengan Bantuan Allah
Pagi itu datang seorang pengusaha ekspedisi kepada gurunya yang bernama Habib Umar bin Hud Al Attas (almarhum). Pengusaha tersebut me...
-
Pagi itu datang seorang pengusaha ekspedisi kepada gurunya yang bernama Habib Umar bin Hud Al Attas (almarhum). Pengusaha tersebut me...
-
Menjelang hari H, Nania masih saja sulit mengungkapkan alasan kenapa dia mau menikah dengan lelaki itu. Baru setelah menengok ke belakang, h...
-
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang kepunyaan-Nya nama-nama yang mahaindah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulul...