Wednesday, 16 February 2011
Tasyakuran Pernikahanku dan Pernikahan Adikku
✿`*•.¸¸.•* (¸.•'´ (¸.•'´*¤* `'•.¸) `'•.¸) `*•.¸¸.•*✿
Maha Suci Allah Penguasa seluruh Takdir Atas Kemurahan-Mu
Perkenankanlah kami merangkaikan kasih sayang yang Engkau ciptakan diantara kami:
✿`*•.¸¸.•* (¸.•'´ (¸.•'´*¤* `'•.¸) `'•.¸) `*•.¸¸.•*✿
...Bekti Prasetyo
Putra Bapak Sukamto – Ibu Sri Yuniati
Wangen, Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah
dengan ♥♥
Renna Vindhy Magdhalenna
Putri Bapak H. Deddy Sutisna – Ibu Yetty Resmiathy
Tanjung Enim, Lawang Kidul, Muara Enim, Sumatera Selatan
Mohon Do’a Restu Akad Nikah Telah dilaksanakan pada:
Hari / Tanggal : Jum’at, 7 Januari 2011 M / 2 Shaffar 1432 H
Pukul : 14.00 WIB
Tempat : Masjid Jami’ PT. Bukit Asam, Muara Enim, Sumatera Selatan
dan
Mochtar Ali Rosyidi
Putra Bapak Ahmad Jaenuri (Almarhum) – Ibu Suranti
Wangen, Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah
dengan ♥♥
Sri Peni Turunsih (Adik dari Bekti Prasetyo)
Putri Bapak Sukamto – Ibu Sri Yuniati
Wangen, Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah
Akad Nikah insya Allah akan dilaksanakan pada:
Hari/ Tanggal : 20 Februari 2011
Pukul : 08.00 WIB
Tempat : Rumah Bapak Sukamto, Wangen RT.001/RW.002, Wangen, Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah
✿`*•.¸¸.•* (¸.•'´ (¸.•'´*¤* `'•.¸) `'•.¸) `*•.¸¸.•*✿
Wangen, Polanharjo, Klaten, Februari 2011
Assalamu’alaikum WarahmatuLlahi Wabarakaatuhu
Lingkar syukur terukir indah di hati kami yang paling dalam mengiringi ta’zim dan munajat kami, semoga nikmat Allah SWT melimpah dalam acara Tasyakuran Pernikahan kami yang insya Allah akan dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal: Ahad, 20 Februari 2011
Jam: 08.00 – 11.00
Tempat : Wangen RT.001/RW.002, Wangen, Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah
Kesan mendalam & Suasana bahagia akan terlukis indah di hati kami apabila Bapak/Ibu/Saudara/I berkenan hadir untuk member do’a serta merestui langkah kami.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuhu
✿`*•.¸¸.•* (¸.•'´ (¸.•'´*¤* `'•.¸) `'•.¸) `*•.¸¸.•*✿
Kami yang berbahagia:
Bekti ♥ Renna
Ali ♥ Peni
DETAIL DENAH LOKASI DESA WANGEN:
DARI JOGJA ( + - 2 jam jika naik motor)
Alternatif 1
Lewat Jalan Utama (Jl. Jogja - Solo) ke arah Solo (melewati Prambanan - Klaten - Ceper - Delanggu) sampai perempatan Pasar Delanggu (jika belok ke kanan ke stasiun Delanggu).
Dari perempatan Pasar Delanggu belok ke kiri lewat jalan utama terus sampai Pabrik Aqua (PT. Tirta Investama)
Setelah Pabrik Aqua ada pertigaan dengan tikungan ke kanan - dari pertigaan belok kanan lurus terus - ikuti jalan aspal perempatan ke-2 belok ke kiri - Lokasi tasyakuran beara di kanan jalan rumah ke-4 dari perempatan.
Alternatif 2
Lewat Jalan Utama (Jl. Jogja - Solo) ke arah Solo (melewati Prambanan - Klaten - Ceper - Delanggu) sampai perempatan Pasar Delanggu (jika belok ke kanan ke stasiun Delanggu).
Dari perempatan Pasar Delanggu lurus terus sampai pertigaan Tegal Gondo (pertigaan pertama setelah lampu merah pertigaan Pakis dan sebelum jembatan Tegal Gondo).
Dari Pertigaan Tegal Gondo belok kekiri lurus terus ikuti jalan utama sampai pertigaan Janti (perigaan setelah masjid besar kanan jalan) belok ke kiri (ke arah Cokro) - lurus terus setelah jembatan dan sebelum lapangan sepak bola ada pertigaan dengan Gapura Dukuh Wangen - belok ke kiri ikuti jalan aspal lokasi berada sebelah kiri jalan rumah ke-6.
DARI SOLO (+ - 1,5 Jam naik motor)
Alternatif 1
Lewat Jalan Utama (Jl. Solo - Jogja) ke arah sampai pertigaan Tegal Gondo.
Dari Pertigaan Tegal Gondo belok ke kanan lurus terus ikuti jalan utama sampai pertigaan Janti (perigaan setelah masjid besar kanan jalan) belok ke kiri (ke arah Cokro) - lurus terus setelah jembatan dan sebelum lapangan sepak bola ada pertigaan dengan Gapura Dukuh Wangen - belok ke kiri ikuti jalan aspal lokasi berada sebelah kiri jalan rumah ke-6.
Alternatif 2
Lewat Jalan Utama (Jl. Solo - Jogja) ke arah Jogja sampai pertigaan Tegal Gondo lurus terus sampai perempatan Pasar Delanggu (jika belok ke kekiri ke stasiun Delanggu).
Dari perempatan Pasar Delanggu belok ke kanan lewat jalan utama terus sampai Pabrik Aqua (PT. Tirta Investama).
Setelah Pabrik Aqua ada pertigaan dengan tikungan ke kanan - dari pertigaan belok kanan lurus terus - ikuti jalan aspal perempatan ke-2 belok ke kiri - Lokasi tasyakuran beara di kanan jalan rumah ke-4 dari perempatan.
Tuesday, 1 February 2011
Keberhasilan Itu Milik Kita
Teman-teman pasti tahu kalau setiap orang pasti menginginkan hidupnya sukses gemilang, mampu menjawab rintangan yang menghadang, harga dirinya dihormati banyak orang, mendapatkan apa yang telah ia cita-citakan, dan sebuah kata “berhasil” menjadi name tag yang membanggakan. Iya! Semua orang juga tahu kalau semua orang ingin seperti itu (halah! Belibet!).
Namun, apakah kita bisa? Jawabannya adalah SANGAT BISA. Eits, kenapa? Kok ragu? Nih yah, sebenarnya tidak ada batasan bagi seseorang untuk mengembangkan kecerdasan yang dimilikinya. Yang menjadi tantangan adalah “how to learn” karena biar bagaimana pun “learn” adalah satu-satunya proses agar pemahaman seseorang menjadi naik satu level dan seterusnya.
Terkadang banyak orang yang memaknai kata “belajar” (dibahasa Indonesia-kan aje) sebagai sebuah tekanan atau beban yang membuat orang tersebut menjadi enggan atau terpaksa melakukannya. Padahal, perlu diketahui bahwa proses belajar yang paling sulit telah kita lewati lho. Apaan tuh? BELAJAR MEMBACA. Lalu untuk apalagi kita merasa tertekan atau beban padahal proses belajar tersulit sudah kita lewati dan berbuah kesuksesan? Maka, jangan ragu untuk mengatakan,”keberhasilan ini milikku!”
Masih ragu juga? Oke, dijelasin lagi. Teman-teman, inget kagak waktu kita belajar jalan? (rame-rame jawab: kagak!). Tanya deh sama nyak-babe kita, waktu kita belajar jalan (usia 1-2 tahun) berapa kali kita terjatuh (nyak-babe ngitungin kagak yak?) atau coba deh kita lihat anak-anak kecil yang lagi belajar jalan. Gedubrak… nangis (atau nggak, mata berkaca-kaca, bibir manyun dan bergetar)… bangun… gedubrak… nangis lagi (kali ini jidat mulai berkerut tanpa sedang berpikir)… bangun (sayup-sayup terdengar suara ibunda, ayahanda dan kakanda yang berteriak “Ayo, De! Jalan! Ayo Sini!”)… lalu dengan sekuat tenaga kakinya terayuh melangkah, walau hanya satu kaki yang berhasil dan itupun hanya berjarak 5 senti saja, tapi riuh tepuk tangan penonton heboh luar biasa, tak ketinggalan siulan bersahut-sahutan dari arah belakang (emang lagi manggung!). Terus tuh anak kecil seneng deh! Nyoba jalan lagi deh! Nah, itu maksudnya! Keberhasilan bakal jadi milik kita kalau “How to Learn” kita tidak kenal putus asa!
Teman-teman tahu nggak kenapa anak kecil yang belajar jalan tetap mencoba lagi dan lagi walaupun sudah “gagal” dan “gagal” mulu sebelumnya? Karena mereka tidak mengenai konsep kegagalan! Sebagai tambahannya, ada orang-orang di sekitar mereka yang ikut mendukung apa yang mereka kerjakan dan memberikan reward atau respon yang baik ketika keberhasilan-keberhasilan itu telah mereka raih (yah, tepuk tangan dan siul-siulan tadi).
So, bagi teman-teman yang ingin berhasil dalam mencapai suatu yang telah dicita-citakan, salah satu kuncinya adalah “ubahlah” konsep kegagalan (kalau disuruh ngelupain rasanya sulit, begitu memilukan dihati… hiks) menjadi konsep yang dapat membakar semangat kita. Kalau menurut Bobbi Deporter dan Mike Hernacki dalam salah satu bukunya, kegagalan adalah sebuah umpan balik yang membawa pada sebuah keberhasilan.
Kalau menurut saya, kegagalan berarti mendapatkan sebuah kunci baru untuk membuka pintu keberhasilan karena dengan kegagalan kita jadi tahu bahwa cara lama yang kita gunakan sebelumnya kurang masih kurang tepat. Kalau menurut kamu kegagalan itu apa? Ayo, ciptakan konsep kegagalan dengan caramu sendiri, asal dapat membuat semangatmu berkobar lagi. Sebenarnya, yang penting itu ikhtiar terus lalu bertawakal! Pan Allah nggak akan merubah nasib suatu kaum kalau mereka tidak merubahnya sendiri. Maka, jangan ragu lagi untuk mengatakan, “keberhasilan ini milikku!”
Nah, kalau sudah tidak ragu lagi bahwa keberhasilan itu milikmu. Ada beberapa hal yang perlu dipahami sebelum beranjak pergi membuat strategi keberhasilan. Nyang pertama, perlu diketahui bahwa emosi positif dapat menjadi motor mesin keberhasilan kita. Kenape bisa begono? Karena emosi positif mendorong kearah kekuatan otak, terutama bagian otak terpenting dalam mempertahankan hidup kita, yaitu Sistem Limbik atau otak mamalia karena bagian otak ini salah satunya berfungsi adalah sebagai pengendali emosi. Ini menjadi salah satu alasan mengapa emosi yang baik cenderung diikuti oleh kondisi kesehatan yang baik pula.
Nah, lanjut lagi nih, emosi positif yang mendorong kearah kekuatan otak mengarah kepada keberhasilan kemudian mengarah lagi kepada kehormatan diri yang tinggi dan pada akhirnya kembali mengarah kepada emosi positif (kalau digambarin, kayak siklus). Makanya kagak heran jika kita sudah di”cap” jago bahasa inggris atau suatu pelajaran lain di kelas, biasanya emosi positif kita muncul, yaitu berupa percaya diri dan menjadikan kita lebih semangat untuk belajar pelajaran itu lebih giat lagi agar keberhasilan yang sudah kita capai tetap dapat kita pertahankan.
Lanjut nih, hal kedua yang perlu kita pahami adalah motivasi (niat) itu sangat perlu. Kekuatannya besar lho karena motivasi ini mengarahakan kita pada tujuan yang hendak kita capai, bahkan lebih jauh lagi, yaitu apa manfaatnya jika tujuan itu sudah tercapai. Prinsipnya begini, “segala sesuatu yang ingin kita kerjakan harus menjanjikan manfaat kita, entah itu barang yang sifatnya dapat dilihat ataupun tidak (pahala kan tidak terlihat yak!). jika tidak, kita tidak akan termotivasi untuk melakukannya. Jadi mau-gak mau, kita musti pinter-pinter mencari (atau bahkan menciptakan) apa manfaat dari apa yang akan kita perjuangkan. Misalnya, para aktivis dakwah nggak kenal kata lelah ngajakin temen-temennya untuk ngaji. Kenapa? Karena mereka termotivasi oleh suatu hal yang menjanjikan. Bedanya (dan ini adalah yang hebatnya), hal yang menjanjikan itu tidak hanya bermanfaat bagi dirinya (bahkan kalau dihitung secara materi, pengorbanan yang mereka keluarkan tidak selalu dibalas sama sesuatu yang terlihat) tapi lebih kepada manfaat bagi umat Islam. Mereka mempunyai visi mulia kedepan: kebangkitan Islam. Dua kata ini yang menjadi motivasi besar mereka dalam mencapai keberhasilan tersebut. Subhanallah, yak, ditengah-tengah masyarakat dunia yang kebanyakkan lebih mementingkan diri mereka sendiri, ada segelintir orang yang melakukan suatu hal baik untuk orang lain dan yang mereka harapkan hanya ridha dari Sang Pencipta saja.
So, tunggu apa lagi! Ayo mulai dari sekarang, kita rumuskan strategi-strategi jagoan kita supaya kita berhasil dalam mencapai cita-cita yang udah kita rencanakan! Asal niatnya lurus hanya untuk Allah, yak, insya Allah Barakah!
…maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa. Ibrahim berkata, "tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Rabb-nya, kecuali orang-orang yang sesat." (QS. Al-Hijr : 55-56)
Seorang pemimpin haruslah seorang pemimpi karena ia harus mampu berimajinasi jauh kedepan tentang apa yang ia perjuangkan
Oleh Dwi Asri Anggianasari
Namun, apakah kita bisa? Jawabannya adalah SANGAT BISA. Eits, kenapa? Kok ragu? Nih yah, sebenarnya tidak ada batasan bagi seseorang untuk mengembangkan kecerdasan yang dimilikinya. Yang menjadi tantangan adalah “how to learn” karena biar bagaimana pun “learn” adalah satu-satunya proses agar pemahaman seseorang menjadi naik satu level dan seterusnya.
Terkadang banyak orang yang memaknai kata “belajar” (dibahasa Indonesia-kan aje) sebagai sebuah tekanan atau beban yang membuat orang tersebut menjadi enggan atau terpaksa melakukannya. Padahal, perlu diketahui bahwa proses belajar yang paling sulit telah kita lewati lho. Apaan tuh? BELAJAR MEMBACA. Lalu untuk apalagi kita merasa tertekan atau beban padahal proses belajar tersulit sudah kita lewati dan berbuah kesuksesan? Maka, jangan ragu untuk mengatakan,”keberhasilan ini milikku!”
Masih ragu juga? Oke, dijelasin lagi. Teman-teman, inget kagak waktu kita belajar jalan? (rame-rame jawab: kagak!). Tanya deh sama nyak-babe kita, waktu kita belajar jalan (usia 1-2 tahun) berapa kali kita terjatuh (nyak-babe ngitungin kagak yak?) atau coba deh kita lihat anak-anak kecil yang lagi belajar jalan. Gedubrak… nangis (atau nggak, mata berkaca-kaca, bibir manyun dan bergetar)… bangun… gedubrak… nangis lagi (kali ini jidat mulai berkerut tanpa sedang berpikir)… bangun (sayup-sayup terdengar suara ibunda, ayahanda dan kakanda yang berteriak “Ayo, De! Jalan! Ayo Sini!”)… lalu dengan sekuat tenaga kakinya terayuh melangkah, walau hanya satu kaki yang berhasil dan itupun hanya berjarak 5 senti saja, tapi riuh tepuk tangan penonton heboh luar biasa, tak ketinggalan siulan bersahut-sahutan dari arah belakang (emang lagi manggung!). Terus tuh anak kecil seneng deh! Nyoba jalan lagi deh! Nah, itu maksudnya! Keberhasilan bakal jadi milik kita kalau “How to Learn” kita tidak kenal putus asa!
Teman-teman tahu nggak kenapa anak kecil yang belajar jalan tetap mencoba lagi dan lagi walaupun sudah “gagal” dan “gagal” mulu sebelumnya? Karena mereka tidak mengenai konsep kegagalan! Sebagai tambahannya, ada orang-orang di sekitar mereka yang ikut mendukung apa yang mereka kerjakan dan memberikan reward atau respon yang baik ketika keberhasilan-keberhasilan itu telah mereka raih (yah, tepuk tangan dan siul-siulan tadi).
So, bagi teman-teman yang ingin berhasil dalam mencapai suatu yang telah dicita-citakan, salah satu kuncinya adalah “ubahlah” konsep kegagalan (kalau disuruh ngelupain rasanya sulit, begitu memilukan dihati… hiks) menjadi konsep yang dapat membakar semangat kita. Kalau menurut Bobbi Deporter dan Mike Hernacki dalam salah satu bukunya, kegagalan adalah sebuah umpan balik yang membawa pada sebuah keberhasilan.
Kalau menurut saya, kegagalan berarti mendapatkan sebuah kunci baru untuk membuka pintu keberhasilan karena dengan kegagalan kita jadi tahu bahwa cara lama yang kita gunakan sebelumnya kurang masih kurang tepat. Kalau menurut kamu kegagalan itu apa? Ayo, ciptakan konsep kegagalan dengan caramu sendiri, asal dapat membuat semangatmu berkobar lagi. Sebenarnya, yang penting itu ikhtiar terus lalu bertawakal! Pan Allah nggak akan merubah nasib suatu kaum kalau mereka tidak merubahnya sendiri. Maka, jangan ragu lagi untuk mengatakan, “keberhasilan ini milikku!”
Nah, kalau sudah tidak ragu lagi bahwa keberhasilan itu milikmu. Ada beberapa hal yang perlu dipahami sebelum beranjak pergi membuat strategi keberhasilan. Nyang pertama, perlu diketahui bahwa emosi positif dapat menjadi motor mesin keberhasilan kita. Kenape bisa begono? Karena emosi positif mendorong kearah kekuatan otak, terutama bagian otak terpenting dalam mempertahankan hidup kita, yaitu Sistem Limbik atau otak mamalia karena bagian otak ini salah satunya berfungsi adalah sebagai pengendali emosi. Ini menjadi salah satu alasan mengapa emosi yang baik cenderung diikuti oleh kondisi kesehatan yang baik pula.
Nah, lanjut lagi nih, emosi positif yang mendorong kearah kekuatan otak mengarah kepada keberhasilan kemudian mengarah lagi kepada kehormatan diri yang tinggi dan pada akhirnya kembali mengarah kepada emosi positif (kalau digambarin, kayak siklus). Makanya kagak heran jika kita sudah di”cap” jago bahasa inggris atau suatu pelajaran lain di kelas, biasanya emosi positif kita muncul, yaitu berupa percaya diri dan menjadikan kita lebih semangat untuk belajar pelajaran itu lebih giat lagi agar keberhasilan yang sudah kita capai tetap dapat kita pertahankan.
Lanjut nih, hal kedua yang perlu kita pahami adalah motivasi (niat) itu sangat perlu. Kekuatannya besar lho karena motivasi ini mengarahakan kita pada tujuan yang hendak kita capai, bahkan lebih jauh lagi, yaitu apa manfaatnya jika tujuan itu sudah tercapai. Prinsipnya begini, “segala sesuatu yang ingin kita kerjakan harus menjanjikan manfaat kita, entah itu barang yang sifatnya dapat dilihat ataupun tidak (pahala kan tidak terlihat yak!). jika tidak, kita tidak akan termotivasi untuk melakukannya. Jadi mau-gak mau, kita musti pinter-pinter mencari (atau bahkan menciptakan) apa manfaat dari apa yang akan kita perjuangkan. Misalnya, para aktivis dakwah nggak kenal kata lelah ngajakin temen-temennya untuk ngaji. Kenapa? Karena mereka termotivasi oleh suatu hal yang menjanjikan. Bedanya (dan ini adalah yang hebatnya), hal yang menjanjikan itu tidak hanya bermanfaat bagi dirinya (bahkan kalau dihitung secara materi, pengorbanan yang mereka keluarkan tidak selalu dibalas sama sesuatu yang terlihat) tapi lebih kepada manfaat bagi umat Islam. Mereka mempunyai visi mulia kedepan: kebangkitan Islam. Dua kata ini yang menjadi motivasi besar mereka dalam mencapai keberhasilan tersebut. Subhanallah, yak, ditengah-tengah masyarakat dunia yang kebanyakkan lebih mementingkan diri mereka sendiri, ada segelintir orang yang melakukan suatu hal baik untuk orang lain dan yang mereka harapkan hanya ridha dari Sang Pencipta saja.
So, tunggu apa lagi! Ayo mulai dari sekarang, kita rumuskan strategi-strategi jagoan kita supaya kita berhasil dalam mencapai cita-cita yang udah kita rencanakan! Asal niatnya lurus hanya untuk Allah, yak, insya Allah Barakah!
…maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa. Ibrahim berkata, "tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Rabb-nya, kecuali orang-orang yang sesat." (QS. Al-Hijr : 55-56)
Seorang pemimpin haruslah seorang pemimpi karena ia harus mampu berimajinasi jauh kedepan tentang apa yang ia perjuangkan
Oleh Dwi Asri Anggianasari
Wednesday, 7 July 2010
"Menggali Bukit"
Zaman dahulu ada 2 desa yang dipisahkan sebuah bukit...sehingga desa yg satu gemah-ripah-lohjinawi atau bahasa sederhananya "SUBUR-MAKMUR dan hidup SEJAHTERA"...sedangkan desa yang satu lagi sangat TANDUS dan mereka hidup KEKURANGAN...sehingga beberapa pindah dari desa ini.
WAktu terus berlalu tanpa adanya perubahan....sampai akhirnya ada seorang ayah sebut saja UMAR yang ingin mewujudkan IMPIANNYA...ingin merubah nasibnya selama ini...dan itu disampaikan kepada ke-3 anak laki2nya, "Wahai anak2ku..mulai besok ayah akan menggali bukit itu agar kondisi desa kita bisa berubah.." Tapi ke-3 anaknya menganggap itu HAL YANG MUSTAHIL DILAKUKAN..bahkan menganggap ayah mereka sudah GILA....
Keesokan harinya UMAR benar-benar melaksanakan niatnya...setelah sholat SUBUH beliau pergi ke bukit dengan membawa cangkul untuk menggali bukit...penduduk desapun menganggap UMAR sudah gila...dan ke-3 anaknya juga berusaha menasehati ayahnya..namun UMAR tidak mau merubah pendiriannya...beliau sangat yakin bisa mewujudkan IMPIANNYA..hari berganti hari..pekan berganti pekan..lama-lama ke-3 anaknya mulai berpikir ulang...”JANGAN-JANGAN AYAH BENAR”...akhirnya ke-3nyapun sepakat membantu ayah mereka...sehingga setip pagi satu keluarga ini mengalokasikan sebagian waktunya untuk menggali bukit...dan penduduk desapun makin yakin satu keluarga itu sudah GILA SEMUA.
Tanpa terasa waktu terus berlalu...sampai akhirnya satu demi satu penduduk desa mulai membantu apa yang dilakukan oleh keluarga UMAR sampai suatu waktu IMPIAN MEREKA BENAR-BENAR TERWUJUD...sekarang nasib penduduk desa sudah berubah TOTAL yg semula serba kekurangan sekarang SUBUR, MAKMUR, dan SEJAHTERA.
(Author Unknown) mengutip catatan teman...
WAktu terus berlalu tanpa adanya perubahan....sampai akhirnya ada seorang ayah sebut saja UMAR yang ingin mewujudkan IMPIANNYA...ingin merubah nasibnya selama ini...dan itu disampaikan kepada ke-3 anak laki2nya, "Wahai anak2ku..mulai besok ayah akan menggali bukit itu agar kondisi desa kita bisa berubah.." Tapi ke-3 anaknya menganggap itu HAL YANG MUSTAHIL DILAKUKAN..bahkan menganggap ayah mereka sudah GILA....
Keesokan harinya UMAR benar-benar melaksanakan niatnya...setelah sholat SUBUH beliau pergi ke bukit dengan membawa cangkul untuk menggali bukit...penduduk desapun menganggap UMAR sudah gila...dan ke-3 anaknya juga berusaha menasehati ayahnya..namun UMAR tidak mau merubah pendiriannya...beliau sangat yakin bisa mewujudkan IMPIANNYA..hari berganti hari..pekan berganti pekan..lama-lama ke-3 anaknya mulai berpikir ulang...”JANGAN-JANGAN AYAH BENAR”...akhirnya ke-3nyapun sepakat membantu ayah mereka...sehingga setip pagi satu keluarga ini mengalokasikan sebagian waktunya untuk menggali bukit...dan penduduk desapun makin yakin satu keluarga itu sudah GILA SEMUA.
Tanpa terasa waktu terus berlalu...sampai akhirnya satu demi satu penduduk desa mulai membantu apa yang dilakukan oleh keluarga UMAR sampai suatu waktu IMPIAN MEREKA BENAR-BENAR TERWUJUD...sekarang nasib penduduk desa sudah berubah TOTAL yg semula serba kekurangan sekarang SUBUR, MAKMUR, dan SEJAHTERA.
(Author Unknown) mengutip catatan teman...
Tuesday, 11 May 2010
Gaung Kehidupan
Suatu ketika ada sepasang anak dan ayah menjelajahi sebuah gua.
Tiba-tiba sang anak terjatuh dan menjerit keras, "arggghhhhhhhhhh".
Anak tersebut terkejut, dan sesaat mendengar suara yang berulang suatu tempat di gua itu.: "arggghhhhhhhhhh"
Penasaran, anak itu berteriak,"Siapa kamu?"
Ia mendapat balasan sama, "Siapa Kamu"
Dan kemudian ia berteriak lagi,"Aku mengagumimu"
sedetik kemudian terdengar jelas balasan yang sama.
Marah karena mendengar respon itu, sang anak berteriak,"PENGECUT"
Dia menerima jawaban :"PENGECUT"
sejurus kemudian, sang anak melihat kearah ayahnya dan bertanya,"Apa yang terjadi,ayah?"
Sang Ayah tersenyum dan berkata,"Nak, perhatikan !"
Sang ayah berteriak,"KAMU ADALAH PEMENANG".
Dan suara jawaban terdengar sama persis seperti apa yang diteriakkan sebelumnya.
Kemudian sang ayah menjelaskan kepada anaknya bahwa semua orang menyebutnya 'GAUNG'tapi itulah sebenarnya kehidupan.
"Ia mengembalikan apapun yang kamu katakan dan lakukan".
"Hidup ini sebenarnya adalah pantulan dari apa yang kita perbuat sebelumnya, Nak".
Kita tidak akan lepas dari apa yang kita lakukan sebelumnya. Semua perbuatan dan perkataan kita bisa jadi akan menentukan apa yang kita dapatkan kelak.
Layaknya Gaung di goa, kita pun tidak pernah lepas dari pantulan-pantulan kehidupan yang mengiringi langkah hidup kita kedepan.
JIka kita berbuat baik, maka bisa jadi kita akan menuai kebaikan kelak.
Namun kebalikannya, jika apa yang kita katakan dan perbuat tidak sesuai maka kelak kita mendapat balasan.
Sama jika kita menginginkan banyak cinta mendampingi hidup kita, maka ciptakan lebih banyak cinta dalam hati kita.
Jika kita inginkan keberhasilan dalam hidup, maka ciptakan suasana-suasana yang membuat kita tetap semangat dalam berusaha, teguh dalam do'a.
Namun, jika kita telah terbiasa berperilaku tidak sesuai, maka kemungkinan hal-hal yang baik takkan kita capai.
Tuhan Maha Adil, sehingga Ia melihat apa yang kita lakukan.
Itu semua akan kembali kepada apa yang kita lakukan kemarin,sekarang atau kelak.
Dikutip dari berbagai sumber
Tiba-tiba sang anak terjatuh dan menjerit keras, "arggghhhhhhhhhh".
Anak tersebut terkejut, dan sesaat mendengar suara yang berulang suatu tempat di gua itu.: "arggghhhhhhhhhh"
Penasaran, anak itu berteriak,"Siapa kamu?"
Ia mendapat balasan sama, "Siapa Kamu"
Dan kemudian ia berteriak lagi,"Aku mengagumimu"
sedetik kemudian terdengar jelas balasan yang sama.
Marah karena mendengar respon itu, sang anak berteriak,"PENGECUT"
Dia menerima jawaban :"PENGECUT"
sejurus kemudian, sang anak melihat kearah ayahnya dan bertanya,"Apa yang terjadi,ayah?"
Sang Ayah tersenyum dan berkata,"Nak, perhatikan !"
Sang ayah berteriak,"KAMU ADALAH PEMENANG".
Dan suara jawaban terdengar sama persis seperti apa yang diteriakkan sebelumnya.
Kemudian sang ayah menjelaskan kepada anaknya bahwa semua orang menyebutnya 'GAUNG'tapi itulah sebenarnya kehidupan.
"Ia mengembalikan apapun yang kamu katakan dan lakukan".
"Hidup ini sebenarnya adalah pantulan dari apa yang kita perbuat sebelumnya, Nak".
Kita tidak akan lepas dari apa yang kita lakukan sebelumnya. Semua perbuatan dan perkataan kita bisa jadi akan menentukan apa yang kita dapatkan kelak.
Layaknya Gaung di goa, kita pun tidak pernah lepas dari pantulan-pantulan kehidupan yang mengiringi langkah hidup kita kedepan.
JIka kita berbuat baik, maka bisa jadi kita akan menuai kebaikan kelak.
Namun kebalikannya, jika apa yang kita katakan dan perbuat tidak sesuai maka kelak kita mendapat balasan.
Sama jika kita menginginkan banyak cinta mendampingi hidup kita, maka ciptakan lebih banyak cinta dalam hati kita.
Jika kita inginkan keberhasilan dalam hidup, maka ciptakan suasana-suasana yang membuat kita tetap semangat dalam berusaha, teguh dalam do'a.
Namun, jika kita telah terbiasa berperilaku tidak sesuai, maka kemungkinan hal-hal yang baik takkan kita capai.
Tuhan Maha Adil, sehingga Ia melihat apa yang kita lakukan.
Itu semua akan kembali kepada apa yang kita lakukan kemarin,sekarang atau kelak.
Dikutip dari berbagai sumber
Filosofi Burung Angsa
Burung Angsa adalah burung yang mempunyai kebiasaan yang unik. Di negara yang memiliki 4 musim, ketika akan tiba musim dingin, mereka terban berkelompok untuk berpindah ke tempat lain yang suasananya lebih kondusif bagi kehidupan mereka.
Saat terbang berkelompok ini, mereka membentuk formasi terbang seperti huruf "V". Unik ya!!! selain unik, ada kebiasaan lain yang bisa kita ambil pelajaran terutama untuk kehidupan kita;
Fakta pertama: terbang dengan formasi huruf "V" memuat daya dukung udara secara aerodinamis menjadi lebih cepat dan efisian. Filosofi ini bisa kita jadkan pelajaran bahwa hidup akan lebih mudah kita jalani apabila kita bekerjasama dengan orang lain secara efisien.
Fakta kedua: Burung sesekali mengeluarkan suara yang keras untuk menyemangati anggota kelompok yang lain. Perlunya kita mendapatkan atau memberikan semangat dalam kehidupan. Jadi jangan ragu untuk menyemangati orang lain karena hal itu sangat berarti.
Fakta ketiga: Burung yang keluar dari rombongan akan terasa berat terbang sendiri dan berusaha untuk kembali ke kelompoknya untuk mendapatkan keuntungan dari berada di formasi itu. Jangan kita hidup sendiri atau bersikap egois. bekerjasamalah! semuanya kan terasa lebih mudah.
Fakta keempat: Jika pemimpin rombongan lelah, ia akan terbang ke belakang. Posisinya digantikan oleh burung lain, begitu seterusnya. Ada kalanya kita lelah, beristirahatlah, nergantianlah dengan orang lain dlam melakukan sesuatu.
Fakta Kelima: Jika ada sekor burung dari rombongan itu sakit, maka dua burung lain akan menemaninya turun untuk beristirahat sampai sembuh atau mati lalu setelah itu mereka terbang lagi dengan kekuatan mereka. Pentingnya solidaritas dalam kehidupan. suatu ketika saat orang lain butuh bantuan, maka bantulah! karena suatu saat kita pasti juga memerlukan bantuan dari orang lain.
Semoga bermanfaat
Salam
Bekti Prasetyo
Kekuatan Cinta Kasih
Cinta kasih bisa membuat seseorang mampu menghadapi berbagai kesulitan yang ia alami di kehidupan ini. Dengan adanya cinta kasih, kehidupan seseorang akan menjadi jauh lebih bermakna.
Cinta kepada Alloh SWT, Cinta kepada Rasul, Cinta kepada orang tua, cinta kepada keluarga. Indahnya kehidupan ini apabila dipenuhi dengan cinta.
Tuesday, 16 February 2010
CINTA LAKI-LAKI BIASA
Menjelang hari H, Nania masih saja sulit mengungkapkan alasan kenapa dia mau menikah dengan lelaki itu. Baru setelah menengok ke belakang, hari-hari yang dilalui, gadis cantik itu sadar, keheranan yang terjadi bukan semata miliknya, melainkan menjadi milik banyak orang; Papa dan Mama, kakak-kakak, tetangga, dan teman-teman Nania. Mereka ternyata sama herannya. Kenapa? Tanya mereka di hari Nania mengantarkan surat undangan.
Saat itu teman-teman baik Nania sedang duduk di kantin menikmati hari-hari sidang yang baru saja berlalu. Suasana sore di kampus sepi. Berpasang-pasang mata tertuju pada gadis itu. Tiba-tiba saja pipi Nania bersemu merah, lalu matanya berpijar bagaikan lampu neon limabelas watt. Hatinya sibuk merangkai kata-kata yg barangkali beterbangan di otak melebihi kapasitas. Mulut Nania terbuka. Semua menunggu. Tapi tak ada apapun yang keluar dari sana. Ia hanya menarik nafas, mencoba bicara dan? menyadari, dia tak punya kata-kata!
Dulu gadis berwajah indo itu mengira punya banyak jawaban, alasan detil dan spesifik, kenapa bersedia menikah dengan laki-laki itu. Tapi kejadian di kampus adalah kali kedua Nania yang pintar berbicara mendadak gagap. Yang pertama terjadi tiga bulan lalu saat Nania menyampaikan keinginan Rafli untuk melamarnya. Arisan keluarga Nania dianggap momen yang tepat karena semua berkumpul, bahkan hingga generasi ketiga, sebab kakak-kakaknya yang sudah berkeluarga membawa serta buntut mereka. Kamu pasti bercanda! Nania kaget. Tapi melihat senyum yang tersungging di wajah kakak tertua, disusul senyum serupa dari kakak nomor dua, tiga, dan terakhir dari Papa dan Mama membuat Nania menyimpulkan: mereka serius ketika mengira Nania bercanda. Suasana sekonyong-konyong hening. Bahkan keponakan-keponakan Nania yang balita melongo dengan gigi-gigi mereka yang ompong. Semua menatap Nania!
Nania Cuma mau Rafli, sahutnya pendek dengan airmata mengambang di kelopak. Hari itu dia tahu, keluarganya bukan sekadar tidak suka, melainkan sangat tidak menyukai Rafli. Ketidaksukaan yang mencapai stadium empat. Parah. Tapi kenapa? Sebab Rafli cuma laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yg amat sangat biasa. Bergantian tiga saudara tua Nania mencoba membuka matanya. Tak ada yang bisa dilihat pada dia, Nania! Cukup! Nania menjadi marah. Tidak pada tempatnya ukuran-ukuran duniawi menjadi parameter kebaikan seseorang menjadi manusia. Di mana iman, di mana tawakkal hingga begitu mudah menentukan masa depan seseorang dengan melihat pencapaiannya hari ini?
Setahun pernikahan. Orang-orang masih sering menanyakan hal itu, masih sering berbisik-bisik di belakang Nania, apa sebenarnya yang dia lihat dari Rafli. Jeleknya, Nania masih belum mampu juga menjelaskan kelebihan-kelebihan Rafli agar tampak di mata mereka. Nania hanya merasakan cinta begitu besar dari Rafli, begitu besar hingga Nania bisa merasakannya hanya dari sentuhan tangan, tatapan mata, atau cara dia meladeni Nania. Hal-hal sederhana yang membuat perempuan itu sangat bahagia. Tidak ada lelaki yang bisa mencintai sebesar cinta Rafli pada Nania. Nada suara Nania tegas, mantap, tanpa keraguan. Ketiga saudara Nania hanya memandang lekat, mata mereka terlihat tak percaya.
Bisik-bisik masih terdengar, setiap Nania dan Rafli melintas dan bergandengan mesra. Bisik orang-orang di kantor, bisik tetangga kanan dan kiri, bisik saudara-saudara Nania, bisik Papa dan Mama. Sungguh beruntung suaminya. Istrinya cantik. Cantik ya? dan kaya! Tak imbang! Dulu bisik-bisik itu membuatnya frustrasi. Sekarang pun masih, tapi Nania belajar untuk bersikap cuek tidak peduli. Toh dia hidup dengan perasaan bahagia yang kian membukit dari hari ke hari.
Tahun kesepuluh pernikahan, hidup Nania masih belum bergeser dari puncak. Anak-anak semakin besar. Nania mengandung yang ketiga. Selama kurun waktu itu, tak sekalipun Rafli melukai hati Nania, atau membuat Nania menangis.
~~~
Bayi yang dikandung Nania tidak juga mau keluar. Sudah lewat dua minggu dari waktunya. Plasenta kamu sudah berbintik-bintik. Sudah tua, Nania. Harus segera dikeluarkan! Mula-mula dokter kandungan langganan Nania memasukkan sejenis obat ke dalam rahim Nania. Obat itu akan menimbulkan kontraksi hebat hingga perempuan itu merasakan sakit yang teramat sangat. Jika semuanya normal, hanya dalam hitungan jam, mereka akan segera melihat si kecil. Rafli tidak beranjak dari sisi tempat tidur Nania di rumah sakit. Hanya waktu-waktu shalat lelaki itu meninggalkannya sebentar ke kamar mandi, dan menunaikan shalat di sisi tempat tidur. Sementara kakak-kakak serta orangtua Nania belum satu pun yang datang. Anehnya, meski obat kedua sudah dimasukkan, delapan jam setelah obat pertama, Nania tak menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan. Rasa sakit dan melilit sudah dirasakan Nania per lima menit, lalu tiga menit. Tapi pembukaan berjalan lambat sekali. Baru pembukaan satu. Belum ada perubahan, Bu. Sudah bertambah sedikit, kata seorang suster empat jam kemudian menyemaikan harapan.
Kondisi perempuan itu makin payah. Sejak pagi tak sesuap nasi pun bisa ditelannya. Bang? Rafli termangu. Iba hatinya melihat sang istri memperjuangkan dua kehidupan. Dokter? Kita operasi, Nia. Bayinya mungkin terlilit tali pusar. Mungkin? Rafli dan Nania berpandangan. Kenapa tidak dari tadi kalau begitu? Bagaimana jika terlambat? Mereka berpandangan, Nania berusaha mengusir kekhawatiran. Ia senang karena Rafli tidak melepaskan genggaman tangannya hingga ke pintu kamar operasi. Ia tak suka merasa sendiri lebih awal.
Pembiusan dilakukan, Nania digiring ke ruangan serba putih. Sebuah sekat ditaruh di perutnya hingga dia tidak bisa menyaksikan ketrampilan dokter-dokter itu. Sebuah lagu dimainkan. Nania merasa berada dalam perahu yang diguncang ombak. Berayun-ayun. Kesadarannya naik-turun. Terakhir, telinga perempuan itu sempat menangkap teriakan-teriakan di sekitarnya, dan langkah-langkah cepat yang bergerak, sebelum kemudian dia tak sadarkan diri. Kepanikan ada di udara. Bahkan dari luar Rafli bisa menciumnya. Bibir lelaki itu tak berhenti melafalkan zikir. Seorang dokter keluar, Rafli dan keluarga Nania mendekat. Pendarahan hebat!
Rafli membayangkan sebuah sumber air yang meluap, berwarna merah. Ada varises di mulut rahim yang tidak terdeteksi dan entah bagaimana pecah! Bayi mereka selamat, tapi Nania dalam kondisi kritis. Mama Nania yang baru tiba, menangis.
Sudah seminggu lebih Nania koma. Selama itu Rafli bolak-balik dari kediamannya ke rumah sakit. Begitulah Rafli menjaga Nania siang dan malam. Dibawanya sebuah Quran kecil, dibacakannya dekat telinga Nania yang terbaring di ruang ICU. Kadang perawat dan pengunjung lain yang kebetulan menjenguk sanak famili mereka, melihat lelaki dengan penampilan sederhana itu bercakap-cakap dan bercanda mesra..
Pada hari ketigapuluh tujuh doa Rafli terjawab. Nania sadar dan wajah penat Rafli adalah yang pertama ditangkap matanya. Seakan telah begitu lama. Rafli menangis, menggenggam tangan Nania dan mendekapkannya ke dadanya, mengucapkan syukur berulang-ulang dengan airmata yang meleleh. Asalkan Nania sadar, semua tak penting lagi. Rafli membuktikan kata-kata yang diucapkannya beratus kali dalam doa. Lelaki biasa itu tak pernah lelah merawat Nania selama sebelas tahun terakhir. Memandikan dan menyuapi Nania, lalu mengantar anak-anak ke sekolah satu per satu. Setiap sore setelah pulang kantor, lelaki itu cepat-cepat menuju rumah dan menggendong Nania ke teras, melihat senja datang sambil memangku Nania seperti remaja belasan tahun yang sedang jatuh cinta.
Ketika malam Rafli mendandani Nania agar cantik sebelum tidur. Membersihkan wajah pucat perempuan cantik itu, memakaikannya gaun tidur. Ia ingin Nania selalu merasa cantik. Meski seringkali Nania mengatakan itu tak perlu. Bagaimana bisa merasa cantik dalam keadaan lumpuh? Tapi Rafli dengan upayanya yang terus-menerus dan tak kenal lelah selalu meyakinkan Nania, membuatnya pelan-pelan percaya bahwa dialah perempuan paling cantik dan sempurna di dunia. Setidaknya di mata Rafli. Setiap hari Minggu Rafli mengajak mereka sekeluarga jalan-jalan keluar. Selama itu pula dia selalu menyertakan Nania. Belanja, makan di restoran, nonton bioskop, rekreasi ke manapun Nania harus ikut. Anak-anak, seperti juga Rafli, melakukan hal yang sama, selalu melibatkan Nania. Begitu bertahun-tahun. Awalnya tentu Nania sempat merasa risih dengan pandangan orang-orang di sekitarnya. Mereka semua yang menatapnya iba, lebih-lebih pada Rafli yang berkeringat mendorong kursi roda Nania ke sana kemari.
Masih dengan senyum hangat di antara wajahnya yang bermanik keringat. Lalu berangsur Nania menyadari, mereka, orang-orang yang ditemuinya di jalan, juga tetangga-tetangga, sahabat, dan teman-teman Nania tak puas hanya memberi pandangan iba, namun juga mengomentari, mengoceh, semua berbisik-bisik. Baik banget suaminya! Lelaki lain mungkin sudah cari perempuan kedua! Nania beruntung! Ya, memiliki seseorang yang menerima dia apa adanya. Tidak, tidak cuma menerima apa adanya, kalian lihat bagaimana suaminya memandang penuh cinta.
Tapi dia salah. Sangat salah. Nania menyadari itu kemudian. Orang-orang di luar mereka memang tetap berbisik-bisik, barangkali selamanya akan selalu begitu. Hanya saja, bukankah bisik-bisik itu kini berbeda bunyi? Dari teras Nania menyaksikan anak-anaknya bermain basket dengan ayah mereka.. Sesekali perempuan itu ikut tergelak melihat kocak permainan. Ya. Duapuluh dua tahun pernikahan. Nania menghitung-hitung semua, anak-anak yang beranjak dewasa, rumah besar yang mereka tempati, kehidupan yang lebih dari yang bisa dia syukuri. Meski tubuhnya tak berfungsi sempurna.
Meski kecantikannya tak lagi sama karena usia, meski karir telah direbut takdir dari tangannya. Waktu telah membuktikan segalanya. Cinta luar biasa dari laki-laki biasa yang tak pernah berubah, untuk Nania.
catatan : true story
From : Bramanryo IS1, sumber:Unknown
Saat itu teman-teman baik Nania sedang duduk di kantin menikmati hari-hari sidang yang baru saja berlalu. Suasana sore di kampus sepi. Berpasang-pasang mata tertuju pada gadis itu. Tiba-tiba saja pipi Nania bersemu merah, lalu matanya berpijar bagaikan lampu neon limabelas watt. Hatinya sibuk merangkai kata-kata yg barangkali beterbangan di otak melebihi kapasitas. Mulut Nania terbuka. Semua menunggu. Tapi tak ada apapun yang keluar dari sana. Ia hanya menarik nafas, mencoba bicara dan? menyadari, dia tak punya kata-kata!
Dulu gadis berwajah indo itu mengira punya banyak jawaban, alasan detil dan spesifik, kenapa bersedia menikah dengan laki-laki itu. Tapi kejadian di kampus adalah kali kedua Nania yang pintar berbicara mendadak gagap. Yang pertama terjadi tiga bulan lalu saat Nania menyampaikan keinginan Rafli untuk melamarnya. Arisan keluarga Nania dianggap momen yang tepat karena semua berkumpul, bahkan hingga generasi ketiga, sebab kakak-kakaknya yang sudah berkeluarga membawa serta buntut mereka. Kamu pasti bercanda! Nania kaget. Tapi melihat senyum yang tersungging di wajah kakak tertua, disusul senyum serupa dari kakak nomor dua, tiga, dan terakhir dari Papa dan Mama membuat Nania menyimpulkan: mereka serius ketika mengira Nania bercanda. Suasana sekonyong-konyong hening. Bahkan keponakan-keponakan Nania yang balita melongo dengan gigi-gigi mereka yang ompong. Semua menatap Nania!
Nania Cuma mau Rafli, sahutnya pendek dengan airmata mengambang di kelopak. Hari itu dia tahu, keluarganya bukan sekadar tidak suka, melainkan sangat tidak menyukai Rafli. Ketidaksukaan yang mencapai stadium empat. Parah. Tapi kenapa? Sebab Rafli cuma laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yg amat sangat biasa. Bergantian tiga saudara tua Nania mencoba membuka matanya. Tak ada yang bisa dilihat pada dia, Nania! Cukup! Nania menjadi marah. Tidak pada tempatnya ukuran-ukuran duniawi menjadi parameter kebaikan seseorang menjadi manusia. Di mana iman, di mana tawakkal hingga begitu mudah menentukan masa depan seseorang dengan melihat pencapaiannya hari ini?
Setahun pernikahan. Orang-orang masih sering menanyakan hal itu, masih sering berbisik-bisik di belakang Nania, apa sebenarnya yang dia lihat dari Rafli. Jeleknya, Nania masih belum mampu juga menjelaskan kelebihan-kelebihan Rafli agar tampak di mata mereka. Nania hanya merasakan cinta begitu besar dari Rafli, begitu besar hingga Nania bisa merasakannya hanya dari sentuhan tangan, tatapan mata, atau cara dia meladeni Nania. Hal-hal sederhana yang membuat perempuan itu sangat bahagia. Tidak ada lelaki yang bisa mencintai sebesar cinta Rafli pada Nania. Nada suara Nania tegas, mantap, tanpa keraguan. Ketiga saudara Nania hanya memandang lekat, mata mereka terlihat tak percaya.
Bisik-bisik masih terdengar, setiap Nania dan Rafli melintas dan bergandengan mesra. Bisik orang-orang di kantor, bisik tetangga kanan dan kiri, bisik saudara-saudara Nania, bisik Papa dan Mama. Sungguh beruntung suaminya. Istrinya cantik. Cantik ya? dan kaya! Tak imbang! Dulu bisik-bisik itu membuatnya frustrasi. Sekarang pun masih, tapi Nania belajar untuk bersikap cuek tidak peduli. Toh dia hidup dengan perasaan bahagia yang kian membukit dari hari ke hari.
Tahun kesepuluh pernikahan, hidup Nania masih belum bergeser dari puncak. Anak-anak semakin besar. Nania mengandung yang ketiga. Selama kurun waktu itu, tak sekalipun Rafli melukai hati Nania, atau membuat Nania menangis.
~~~
Bayi yang dikandung Nania tidak juga mau keluar. Sudah lewat dua minggu dari waktunya. Plasenta kamu sudah berbintik-bintik. Sudah tua, Nania. Harus segera dikeluarkan! Mula-mula dokter kandungan langganan Nania memasukkan sejenis obat ke dalam rahim Nania. Obat itu akan menimbulkan kontraksi hebat hingga perempuan itu merasakan sakit yang teramat sangat. Jika semuanya normal, hanya dalam hitungan jam, mereka akan segera melihat si kecil. Rafli tidak beranjak dari sisi tempat tidur Nania di rumah sakit. Hanya waktu-waktu shalat lelaki itu meninggalkannya sebentar ke kamar mandi, dan menunaikan shalat di sisi tempat tidur. Sementara kakak-kakak serta orangtua Nania belum satu pun yang datang. Anehnya, meski obat kedua sudah dimasukkan, delapan jam setelah obat pertama, Nania tak menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan. Rasa sakit dan melilit sudah dirasakan Nania per lima menit, lalu tiga menit. Tapi pembukaan berjalan lambat sekali. Baru pembukaan satu. Belum ada perubahan, Bu. Sudah bertambah sedikit, kata seorang suster empat jam kemudian menyemaikan harapan.
Kondisi perempuan itu makin payah. Sejak pagi tak sesuap nasi pun bisa ditelannya. Bang? Rafli termangu. Iba hatinya melihat sang istri memperjuangkan dua kehidupan. Dokter? Kita operasi, Nia. Bayinya mungkin terlilit tali pusar. Mungkin? Rafli dan Nania berpandangan. Kenapa tidak dari tadi kalau begitu? Bagaimana jika terlambat? Mereka berpandangan, Nania berusaha mengusir kekhawatiran. Ia senang karena Rafli tidak melepaskan genggaman tangannya hingga ke pintu kamar operasi. Ia tak suka merasa sendiri lebih awal.
Pembiusan dilakukan, Nania digiring ke ruangan serba putih. Sebuah sekat ditaruh di perutnya hingga dia tidak bisa menyaksikan ketrampilan dokter-dokter itu. Sebuah lagu dimainkan. Nania merasa berada dalam perahu yang diguncang ombak. Berayun-ayun. Kesadarannya naik-turun. Terakhir, telinga perempuan itu sempat menangkap teriakan-teriakan di sekitarnya, dan langkah-langkah cepat yang bergerak, sebelum kemudian dia tak sadarkan diri. Kepanikan ada di udara. Bahkan dari luar Rafli bisa menciumnya. Bibir lelaki itu tak berhenti melafalkan zikir. Seorang dokter keluar, Rafli dan keluarga Nania mendekat. Pendarahan hebat!
Rafli membayangkan sebuah sumber air yang meluap, berwarna merah. Ada varises di mulut rahim yang tidak terdeteksi dan entah bagaimana pecah! Bayi mereka selamat, tapi Nania dalam kondisi kritis. Mama Nania yang baru tiba, menangis.
Sudah seminggu lebih Nania koma. Selama itu Rafli bolak-balik dari kediamannya ke rumah sakit. Begitulah Rafli menjaga Nania siang dan malam. Dibawanya sebuah Quran kecil, dibacakannya dekat telinga Nania yang terbaring di ruang ICU. Kadang perawat dan pengunjung lain yang kebetulan menjenguk sanak famili mereka, melihat lelaki dengan penampilan sederhana itu bercakap-cakap dan bercanda mesra..
Pada hari ketigapuluh tujuh doa Rafli terjawab. Nania sadar dan wajah penat Rafli adalah yang pertama ditangkap matanya. Seakan telah begitu lama. Rafli menangis, menggenggam tangan Nania dan mendekapkannya ke dadanya, mengucapkan syukur berulang-ulang dengan airmata yang meleleh. Asalkan Nania sadar, semua tak penting lagi. Rafli membuktikan kata-kata yang diucapkannya beratus kali dalam doa. Lelaki biasa itu tak pernah lelah merawat Nania selama sebelas tahun terakhir. Memandikan dan menyuapi Nania, lalu mengantar anak-anak ke sekolah satu per satu. Setiap sore setelah pulang kantor, lelaki itu cepat-cepat menuju rumah dan menggendong Nania ke teras, melihat senja datang sambil memangku Nania seperti remaja belasan tahun yang sedang jatuh cinta.
Ketika malam Rafli mendandani Nania agar cantik sebelum tidur. Membersihkan wajah pucat perempuan cantik itu, memakaikannya gaun tidur. Ia ingin Nania selalu merasa cantik. Meski seringkali Nania mengatakan itu tak perlu. Bagaimana bisa merasa cantik dalam keadaan lumpuh? Tapi Rafli dengan upayanya yang terus-menerus dan tak kenal lelah selalu meyakinkan Nania, membuatnya pelan-pelan percaya bahwa dialah perempuan paling cantik dan sempurna di dunia. Setidaknya di mata Rafli. Setiap hari Minggu Rafli mengajak mereka sekeluarga jalan-jalan keluar. Selama itu pula dia selalu menyertakan Nania. Belanja, makan di restoran, nonton bioskop, rekreasi ke manapun Nania harus ikut. Anak-anak, seperti juga Rafli, melakukan hal yang sama, selalu melibatkan Nania. Begitu bertahun-tahun. Awalnya tentu Nania sempat merasa risih dengan pandangan orang-orang di sekitarnya. Mereka semua yang menatapnya iba, lebih-lebih pada Rafli yang berkeringat mendorong kursi roda Nania ke sana kemari.
Masih dengan senyum hangat di antara wajahnya yang bermanik keringat. Lalu berangsur Nania menyadari, mereka, orang-orang yang ditemuinya di jalan, juga tetangga-tetangga, sahabat, dan teman-teman Nania tak puas hanya memberi pandangan iba, namun juga mengomentari, mengoceh, semua berbisik-bisik. Baik banget suaminya! Lelaki lain mungkin sudah cari perempuan kedua! Nania beruntung! Ya, memiliki seseorang yang menerima dia apa adanya. Tidak, tidak cuma menerima apa adanya, kalian lihat bagaimana suaminya memandang penuh cinta.
Tapi dia salah. Sangat salah. Nania menyadari itu kemudian. Orang-orang di luar mereka memang tetap berbisik-bisik, barangkali selamanya akan selalu begitu. Hanya saja, bukankah bisik-bisik itu kini berbeda bunyi? Dari teras Nania menyaksikan anak-anaknya bermain basket dengan ayah mereka.. Sesekali perempuan itu ikut tergelak melihat kocak permainan. Ya. Duapuluh dua tahun pernikahan. Nania menghitung-hitung semua, anak-anak yang beranjak dewasa, rumah besar yang mereka tempati, kehidupan yang lebih dari yang bisa dia syukuri. Meski tubuhnya tak berfungsi sempurna.
Meski kecantikannya tak lagi sama karena usia, meski karir telah direbut takdir dari tangannya. Waktu telah membuktikan segalanya. Cinta luar biasa dari laki-laki biasa yang tak pernah berubah, untuk Nania.
catatan : true story
From : Bramanryo IS1, sumber:Unknown
Subscribe to:
Posts (Atom)
Melunasi Hutang dengan Bantuan Allah
Pagi itu datang seorang pengusaha ekspedisi kepada gurunya yang bernama Habib Umar bin Hud Al Attas (almarhum). Pengusaha tersebut me...

-
Pagi itu datang seorang pengusaha ekspedisi kepada gurunya yang bernama Habib Umar bin Hud Al Attas (almarhum). Pengusaha tersebut me...
-
Menjelang hari H, Nania masih saja sulit mengungkapkan alasan kenapa dia mau menikah dengan lelaki itu. Baru setelah menengok ke belakang, h...
-
Burung Angsa adalah burung yang mempunyai kebiasaan yang unik. Di negara yang memiliki 4 musim, ketika akan tiba musim dingin, mereka ter...