Wednesday 7 July 2010

"Menggali Bukit"

Zaman dahulu ada 2 desa yang dipisahkan sebuah bukit...sehingga desa yg satu gemah-ripah-lohjinawi atau bahasa sederhananya "SUBUR-MAKMUR dan hidup SEJAHTERA"...sedangkan desa yang satu lagi sangat TANDUS dan mereka hidup KEKURANGAN...sehingga beberapa pindah dari desa ini.

WAktu terus berlalu tanpa adanya perubahan....sampai akhirnya ada seorang ayah sebut saja UMAR yang ingin mewujudkan IMPIANNYA...ingin merubah nasibnya selama ini...dan itu disampaikan kepada ke-3 anak laki2nya, "Wahai anak2ku..mulai besok ayah akan menggali bukit itu agar kondisi desa kita bisa berubah.." Tapi ke-3 anaknya menganggap itu HAL YANG MUSTAHIL DILAKUKAN..bahkan menganggap ayah mereka sudah GILA....

Keesokan harinya UMAR benar-benar melaksanakan niatnya...setelah sholat SUBUH beliau pergi ke bukit dengan membawa cangkul untuk menggali bukit...penduduk desapun menganggap UMAR sudah gila...dan ke-3 anaknya juga berusaha menasehati ayahnya..namun UMAR tidak mau merubah pendiriannya...beliau sangat yakin bisa mewujudkan IMPIANNYA..hari berganti hari..pekan berganti pekan..lama-lama ke-3 anaknya mulai berpikir ulang...”JANGAN-JANGAN AYAH BENAR”...akhirnya ke-3nyapun sepakat membantu ayah mereka...sehingga setip pagi satu keluarga ini mengalokasikan sebagian waktunya untuk menggali bukit...dan penduduk desapun makin yakin satu keluarga itu sudah GILA SEMUA.

Tanpa terasa waktu terus berlalu...sampai akhirnya satu demi satu penduduk desa mulai membantu apa yang dilakukan oleh keluarga UMAR sampai suatu waktu IMPIAN MEREKA BENAR-BENAR TERWUJUD...sekarang nasib penduduk desa sudah berubah TOTAL yg semula serba kekurangan sekarang SUBUR, MAKMUR, dan SEJAHTERA.

(Author Unknown) mengutip catatan teman...

Tuesday 11 May 2010

Gaung Kehidupan

Suatu ketika ada sepasang anak dan ayah menjelajahi sebuah gua.

Tiba-tiba sang anak terjatuh dan menjerit keras, "arggghhhhhhhhhh".
Anak tersebut terkejut, dan sesaat mendengar suara yang berulang suatu tempat di gua itu.: "arggghhhhhhhhhh"

Penasaran, anak itu berteriak,"Siapa kamu?"
Ia mendapat balasan sama, "Siapa Kamu"
Dan kemudian ia berteriak lagi,"Aku mengagumimu"
sedetik kemudian terdengar jelas balasan yang sama.

Marah karena mendengar respon itu, sang anak berteriak,"PENGECUT"
Dia menerima jawaban :"PENGECUT"

sejurus kemudian, sang anak melihat kearah ayahnya dan bertanya,"Apa yang terjadi,ayah?"

Sang Ayah tersenyum dan berkata,"Nak, perhatikan !"

Sang ayah berteriak,"KAMU ADALAH PEMENANG".
Dan suara jawaban terdengar sama persis seperti apa yang diteriakkan sebelumnya.

Kemudian sang ayah menjelaskan kepada anaknya bahwa semua orang menyebutnya 'GAUNG'tapi itulah sebenarnya kehidupan.

"Ia mengembalikan apapun yang kamu katakan dan lakukan".
"Hidup ini sebenarnya adalah pantulan dari apa yang kita perbuat sebelumnya, Nak".


Kita tidak akan lepas dari apa yang kita lakukan sebelumnya. Semua perbuatan dan perkataan kita bisa jadi akan menentukan apa yang kita dapatkan kelak.

Layaknya Gaung di goa, kita pun tidak pernah lepas dari pantulan-pantulan kehidupan yang mengiringi langkah hidup kita kedepan.

JIka kita berbuat baik, maka bisa jadi kita akan menuai kebaikan kelak.
Namun kebalikannya, jika apa yang kita katakan dan perbuat tidak sesuai maka kelak kita mendapat balasan.

Sama jika kita menginginkan banyak cinta mendampingi hidup kita, maka ciptakan lebih banyak cinta dalam hati kita.

Jika kita inginkan keberhasilan dalam hidup, maka ciptakan suasana-suasana yang membuat kita tetap semangat dalam berusaha, teguh dalam do'a.

Namun, jika kita telah terbiasa berperilaku tidak sesuai, maka kemungkinan hal-hal yang baik takkan kita capai.

Tuhan Maha Adil, sehingga Ia melihat apa yang kita lakukan.

Itu semua akan kembali kepada apa yang kita lakukan kemarin,sekarang atau kelak.


Dikutip dari berbagai sumber

Filosofi Burung Angsa


Burung Angsa adalah burung yang mempunyai kebiasaan yang unik. Di negara yang memiliki 4 musim, ketika akan tiba musim dingin, mereka terban berkelompok untuk berpindah ke tempat lain yang suasananya lebih kondusif bagi kehidupan mereka.

Saat terbang berkelompok ini, mereka membentuk formasi terbang seperti huruf "V". Unik ya!!! selain unik, ada kebiasaan lain yang bisa kita ambil pelajaran terutama untuk  kehidupan kita;

Fakta pertama: terbang dengan formasi huruf "V" memuat daya dukung udara secara aerodinamis menjadi lebih cepat dan efisian. Filosofi ini bisa kita jadkan pelajaran bahwa hidup akan lebih mudah kita jalani apabila kita bekerjasama dengan orang lain secara efisien.

Fakta kedua: Burung sesekali mengeluarkan suara yang keras untuk menyemangati anggota kelompok yang lain. Perlunya kita mendapatkan atau memberikan semangat dalam kehidupan. Jadi jangan ragu untuk menyemangati orang lain karena hal itu sangat berarti.

Fakta ketiga: Burung yang keluar dari rombongan akan terasa berat terbang sendiri dan berusaha untuk kembali ke kelompoknya untuk mendapatkan keuntungan dari berada di formasi itu. Jangan kita hidup sendiri atau bersikap egois. bekerjasamalah! semuanya kan terasa lebih mudah.

Fakta keempat: Jika pemimpin rombongan lelah, ia akan terbang ke belakang. Posisinya digantikan oleh burung lain, begitu seterusnya. Ada kalanya kita lelah, beristirahatlah, nergantianlah dengan orang lain dlam melakukan sesuatu.

Fakta Kelima: Jika ada sekor burung dari rombongan itu sakit, maka dua burung lain akan menemaninya turun untuk beristirahat sampai sembuh atau mati lalu setelah itu mereka terbang lagi dengan kekuatan mereka. Pentingnya solidaritas dalam kehidupan. suatu ketika saat orang lain butuh bantuan, maka bantulah! karena suatu saat kita pasti juga memerlukan bantuan dari orang lain.

Semoga bermanfaat

Salam



Bekti Prasetyo


Kekuatan Cinta Kasih


Cinta kasih bisa membuat seseorang mampu menghadapi berbagai kesulitan yang ia alami di kehidupan ini. Dengan adanya cinta kasih, kehidupan seseorang akan menjadi jauh lebih bermakna.

Cinta kepada Alloh SWT, Cinta kepada Rasul, Cinta kepada orang tua, cinta kepada keluarga. Indahnya kehidupan ini apabila dipenuhi dengan cinta.

Tuesday 16 February 2010

CINTA LAKI-LAKI BIASA

Menjelang hari H, Nania masih saja sulit mengungkapkan alasan kenapa dia mau menikah dengan lelaki itu. Baru setelah menengok ke belakang, hari-hari yang dilalui, gadis cantik itu sadar, keheranan yang terjadi bukan semata miliknya, melainkan menjadi milik banyak orang; Papa dan Mama, kakak-kakak, tetangga, dan teman-teman Nania. Mereka ternyata sama herannya. Kenapa? Tanya mereka di hari Nania mengantarkan surat undangan.

Saat itu teman-teman baik Nania sedang duduk di kantin menikmati hari-hari sidang yang baru saja berlalu. Suasana sore di kampus sepi. Berpasang-pasang mata tertuju pada gadis itu. Tiba-tiba saja pipi Nania bersemu merah, lalu matanya berpijar bagaikan lampu neon limabelas watt. Hatinya sibuk merangkai kata-kata yg barangkali beterbangan di otak melebihi kapasitas. Mulut Nania terbuka. Semua menunggu. Tapi tak ada apapun yang keluar dari sana. Ia hanya menarik nafas, mencoba bicara dan? menyadari, dia tak punya kata-kata!

Dulu gadis berwajah indo itu mengira punya banyak jawaban, alasan detil dan spesifik, kenapa bersedia menikah dengan laki-laki itu. Tapi kejadian di kampus adalah kali kedua Nania yang pintar berbicara mendadak gagap. Yang pertama terjadi tiga bulan lalu saat Nania menyampaikan keinginan Rafli untuk melamarnya. Arisan keluarga Nania dianggap momen yang tepat karena semua berkumpul, bahkan hingga generasi ketiga, sebab kakak-kakaknya yang sudah berkeluarga membawa serta buntut mereka. Kamu pasti bercanda! Nania kaget. Tapi melihat senyum yang tersungging di wajah kakak tertua, disusul senyum serupa dari kakak nomor dua, tiga, dan terakhir dari Papa dan Mama membuat Nania menyimpulkan: mereka serius ketika mengira Nania bercanda. Suasana sekonyong-konyong hening. Bahkan keponakan-keponakan Nania yang balita melongo dengan gigi-gigi mereka yang ompong. Semua menatap Nania!

Nania Cuma mau Rafli, sahutnya pendek dengan airmata mengambang di kelopak. Hari itu dia tahu, keluarganya bukan sekadar tidak suka, melainkan sangat tidak menyukai Rafli. Ketidaksukaan yang mencapai stadium empat. Parah. Tapi kenapa? Sebab Rafli cuma laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yg amat sangat biasa. Bergantian tiga saudara tua Nania mencoba membuka matanya. Tak ada yang bisa dilihat pada dia, Nania! Cukup! Nania menjadi marah. Tidak pada tempatnya ukuran-ukuran duniawi menjadi parameter kebaikan seseorang menjadi manusia. Di mana iman, di mana tawakkal hingga begitu mudah menentukan masa depan seseorang dengan melihat pencapaiannya hari ini?

Setahun pernikahan. Orang-orang masih sering menanyakan hal itu, masih sering berbisik-bisik di belakang Nania, apa sebenarnya yang dia lihat dari Rafli. Jeleknya, Nania masih belum mampu juga menjelaskan kelebihan-kelebihan Rafli agar tampak di mata mereka. Nania hanya merasakan cinta begitu besar dari Rafli, begitu besar hingga Nania bisa merasakannya hanya dari sentuhan tangan, tatapan mata, atau cara dia meladeni Nania. Hal-hal sederhana yang membuat perempuan itu sangat bahagia. Tidak ada lelaki yang bisa mencintai sebesar cinta Rafli pada Nania. Nada suara Nania tegas, mantap, tanpa keraguan. Ketiga saudara Nania hanya memandang lekat, mata mereka terlihat tak percaya.

Bisik-bisik masih terdengar, setiap Nania dan Rafli melintas dan bergandengan mesra. Bisik orang-orang di kantor, bisik tetangga kanan dan kiri, bisik saudara-saudara Nania, bisik Papa dan Mama. Sungguh beruntung suaminya. Istrinya cantik. Cantik ya? dan kaya! Tak imbang! Dulu bisik-bisik itu membuatnya frustrasi. Sekarang pun masih, tapi Nania belajar untuk bersikap cuek tidak peduli. Toh dia hidup dengan perasaan bahagia yang kian membukit dari hari ke hari.

Tahun kesepuluh pernikahan, hidup Nania masih belum bergeser dari puncak. Anak-anak semakin besar. Nania mengandung yang ketiga. Selama kurun waktu itu, tak sekalipun Rafli melukai hati Nania, atau membuat Nania menangis.

~~~

Bayi yang dikandung Nania tidak juga mau keluar. Sudah lewat dua minggu dari waktunya. Plasenta kamu sudah berbintik-bintik. Sudah tua, Nania. Harus segera dikeluarkan! Mula-mula dokter kandungan langganan Nania memasukkan sejenis obat ke dalam rahim Nania. Obat itu akan menimbulkan kontraksi hebat hingga perempuan itu merasakan sakit yang teramat sangat. Jika semuanya normal, hanya dalam hitungan jam, mereka akan segera melihat si kecil. Rafli tidak beranjak dari sisi tempat tidur Nania di rumah sakit. Hanya waktu-waktu shalat lelaki itu meninggalkannya sebentar ke kamar mandi, dan menunaikan shalat di sisi tempat tidur. Sementara kakak-kakak serta orangtua Nania belum satu pun yang datang. Anehnya, meski obat kedua sudah dimasukkan, delapan jam setelah obat pertama, Nania tak menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan. Rasa sakit dan melilit sudah dirasakan Nania per lima menit, lalu tiga menit. Tapi pembukaan berjalan lambat sekali. Baru pembukaan satu. Belum ada perubahan, Bu. Sudah bertambah sedikit, kata seorang suster empat jam kemudian menyemaikan harapan.

Kondisi perempuan itu makin payah. Sejak pagi tak sesuap nasi pun bisa ditelannya. Bang? Rafli termangu. Iba hatinya melihat sang istri memperjuangkan dua kehidupan. Dokter? Kita operasi, Nia. Bayinya mungkin terlilit tali pusar. Mungkin? Rafli dan Nania berpandangan. Kenapa tidak dari tadi kalau begitu? Bagaimana jika terlambat? Mereka berpandangan, Nania berusaha mengusir kekhawatiran. Ia senang karena Rafli tidak melepaskan genggaman tangannya hingga ke pintu kamar operasi. Ia tak suka merasa sendiri lebih awal.

Pembiusan dilakukan, Nania digiring ke ruangan serba putih. Sebuah sekat ditaruh di perutnya hingga dia tidak bisa menyaksikan ketrampilan dokter-dokter itu. Sebuah lagu dimainkan. Nania merasa berada dalam perahu yang diguncang ombak. Berayun-ayun. Kesadarannya naik-turun. Terakhir, telinga perempuan itu sempat menangkap teriakan-teriakan di sekitarnya, dan langkah-langkah cepat yang bergerak, sebelum kemudian dia tak sadarkan diri. Kepanikan ada di udara. Bahkan dari luar Rafli bisa menciumnya. Bibir lelaki itu tak berhenti melafalkan zikir. Seorang dokter keluar, Rafli dan keluarga Nania mendekat. Pendarahan hebat!

Rafli membayangkan sebuah sumber air yang meluap, berwarna merah. Ada varises di mulut rahim yang tidak terdeteksi dan entah bagaimana pecah! Bayi mereka selamat, tapi Nania dalam kondisi kritis. Mama Nania yang baru tiba, menangis.

Sudah seminggu lebih Nania koma. Selama itu Rafli bolak-balik dari kediamannya ke rumah sakit. Begitulah Rafli menjaga Nania siang dan malam. Dibawanya sebuah Quran kecil, dibacakannya dekat telinga Nania yang terbaring di ruang ICU. Kadang perawat dan pengunjung lain yang kebetulan menjenguk sanak famili mereka, melihat lelaki dengan penampilan sederhana itu bercakap-cakap dan bercanda mesra..

Pada hari ketigapuluh tujuh doa Rafli terjawab. Nania sadar dan wajah penat Rafli adalah yang pertama ditangkap matanya. Seakan telah begitu lama. Rafli menangis, menggenggam tangan Nania dan mendekapkannya ke dadanya, mengucapkan syukur berulang-ulang dengan airmata yang meleleh. Asalkan Nania sadar, semua tak penting lagi. Rafli membuktikan kata-kata yang diucapkannya beratus kali dalam doa. Lelaki biasa itu tak pernah lelah merawat Nania selama sebelas tahun terakhir. Memandikan dan menyuapi Nania, lalu mengantar anak-anak ke sekolah satu per satu. Setiap sore setelah pulang kantor, lelaki itu cepat-cepat menuju rumah dan menggendong Nania ke teras, melihat senja datang sambil memangku Nania seperti remaja belasan tahun yang sedang jatuh cinta.

Ketika malam Rafli mendandani Nania agar cantik sebelum tidur. Membersihkan wajah pucat perempuan cantik itu, memakaikannya gaun tidur. Ia ingin Nania selalu merasa cantik. Meski seringkali Nania mengatakan itu tak perlu. Bagaimana bisa merasa cantik dalam keadaan lumpuh? Tapi Rafli dengan upayanya yang terus-menerus dan tak kenal lelah selalu meyakinkan Nania, membuatnya pelan-pelan percaya bahwa dialah perempuan paling cantik dan sempurna di dunia. Setidaknya di mata Rafli. Setiap hari Minggu Rafli mengajak mereka sekeluarga jalan-jalan keluar. Selama itu pula dia selalu menyertakan Nania. Belanja, makan di restoran, nonton bioskop, rekreasi ke manapun Nania harus ikut. Anak-anak, seperti juga Rafli, melakukan hal yang sama, selalu melibatkan Nania. Begitu bertahun-tahun. Awalnya tentu Nania sempat merasa risih dengan pandangan orang-orang di sekitarnya. Mereka semua yang menatapnya iba, lebih-lebih pada Rafli yang berkeringat mendorong kursi roda Nania ke sana kemari.

Masih dengan senyum hangat di antara wajahnya yang bermanik keringat. Lalu berangsur Nania menyadari, mereka, orang-orang yang ditemuinya di jalan, juga tetangga-tetangga, sahabat, dan teman-teman Nania tak puas hanya memberi pandangan iba, namun juga mengomentari, mengoceh, semua berbisik-bisik. Baik banget suaminya! Lelaki lain mungkin sudah cari perempuan kedua! Nania beruntung! Ya, memiliki seseorang yang menerima dia apa adanya. Tidak, tidak cuma menerima apa adanya, kalian lihat bagaimana suaminya memandang penuh cinta.

Tapi dia salah. Sangat salah. Nania menyadari itu kemudian. Orang-orang di luar mereka memang tetap berbisik-bisik, barangkali selamanya akan selalu begitu. Hanya saja, bukankah bisik-bisik itu kini berbeda bunyi? Dari teras Nania menyaksikan anak-anaknya bermain basket dengan ayah mereka.. Sesekali perempuan itu ikut tergelak melihat kocak permainan. Ya. Duapuluh dua tahun pernikahan. Nania menghitung-hitung semua, anak-anak yang beranjak dewasa, rumah besar yang mereka tempati, kehidupan yang lebih dari yang bisa dia syukuri. Meski tubuhnya tak berfungsi sempurna.

Meski kecantikannya tak lagi sama karena usia, meski karir telah direbut takdir dari tangannya. Waktu telah membuktikan segalanya. Cinta luar biasa dari laki-laki biasa yang tak pernah berubah, untuk Nania.

catatan : true story
From : Bramanryo IS1, sumber:Unknown

HARIMAU DAN SRIGALA

Di sebuah hutan, tinggallah seekor serigala pincang. Hewan itu hidup bersama seekor harimau yang besar berbadan coklat keemasan. Luka yang di derita serigala, terjadi ketika ia berusaha menolong harimau yang di kejar pemburu. Sang serigala berusaha menyelamatkan kawannya. Namun sayang, sebuah panah yang telah di bidik malah mengenai kaki belakangnya. Kini, hewan bermata liar itu tak bisa berburu lagi bersama harimau, dan tinggal di sebuah gua, jauh dari perkampungan penduduk.

Sang harimau pun tahu bagaimana membalas budi. Setiap selesai berburu, di mulutnya selalu tersisa sepotong daging untuk dibawa pulang. Walaupun sedikit, sang serigala selalu mendapat bagian daging hewan buruan. Sang harimau paham, bahwa tanpa bantuan sang kawan, ia pasti sudah mati terpanah si pemburu. Sebagai balasannya, sang serigala selalu berusaha menjaga keluarga sang harimau dari gangguan hewan-hewan lainnya. Lolongan serigala selalu tampak mengerikan bagi siapapun yang mendengar. Walaupun sebenarnya ia tak bisa berjalan dan hanya duduk teronggok di pojok gua.

Rupanya, peristiwa itu telah sampai pula ke telinga seorang pertapa. Sang pertapa, tergerak hatinya untuk datang, bersama beberapa orang muridnya. Ia ingin memberikan pelajaran tentang berbagi dan persahabatan, kepada anak didiknya. Ia juga ingin menguji keberanian mereka, sebelum mereka dapat lulus dari semua pelajaran yang diberikan olehnya. Pada awalnya banyak yang takut, namun setelah di tantang, mereka semua mau untuk ikut.

Di pagi hari, berangkatlah mereka semua. Semuanya tampak beriringan, dipandu sang pertapa yang berjalan di depan rombongan. Setelah seharian berjalan, sampailah mereka di mulut gua, tempat sang harimau dan serigala itu menetap. Kebetulan, sang harimau baru saja pulang dari berburu, dan sedang memberikan sebongkah daging kepada serigala. Melihat kejadian itu, sang pertapa bertanya bertanya kepada murid-muridnya, "Pelajaran apa yang dapat kalian lihat dari sana..?".Seorang murid tampak angkat bicara, "Guru, aku melihat kekuasaan dan kebaikan Tuhan. Tuhan pasti akan memenuhi kebutuhan setiap hamba-Nya. Karena itu, lebih baik aku berdiam saja, karena toh Tuhan akan selalu memberikan rezekinya kepada ku lewat berbagai cara."

Sang pertapa tampak tersenyum. Sang murid melanjutkan ucapannya, "Lihatlah serigala itu. Tanpa bersusah payah, dia bisa tetap hidup, dan mendapat makanan." Selesai bicara, murid itu kini memandang sang guru. Ia menanti jawaban darinya. "Ya, kamu tidak salah. Kamu memang memperhatikan, tapi sesungguhnya kamu buta. Walaupun mata lahirmu bisa melihat, tapi mata batinmu lumpuh. Berhentilah berharap menjadi serigala, dan mulailah berlaku seperti harimau."

***

Adalah benar bahwa Tuhan ciptakan ikan kepada umat manusia. Adalah benar pula, Tuhan menghamparkan gandum di tanah-tanah petani. Tapi apakah Tuhan ciptakan ikan-ikan itu dalam kaleng-kaleng sardin? Atau, adakah Dia berikan kepada kita gandum-gandum itu hadir dalam bentuk seplastik roti manis? Saya percaya, ikan-ikan itu dihadirkan kepada kita lewat peluh dan kerja keras dari nelayan. Saya juga pun percaya, bahwa gandum-gandum terhidang di meja makan kita, lewat usaha dari para petani, dan kepandaian mereka mengolah alat panggang roti.

Begitulah, acapkali memang dalam kehidupan kita, ada fragmen tentang serigala yang lumpuh dan harimau yang ingin membalas budi. Memang tak salah jika disana kita akan dapat menyaksikan kebesaran dan kasih sayang dari Tuhan. Dari sana pula kita akan mendapatkan pelajaran tentang persahabatan dan kerjasama. Namun, ada satu hal kecil yang patut diingat disana, bahwa: berbagi, menolong, membantu sudah selayaknya menjadi prioritas dalam kehidupan kita. Bukan karena hal itu adalah suatu keterpaksaan, bukan pula karena di dorong rasa kasihan dan ingin membalas budi.

Berbagi dan menolong, memang sepatutnya mengalir dalam darah kita. Disana akan ditemukan nilai-nilai dan percikan cahaya Tuhan. Sebab disana, akan terpantul bahwa kebesaran Tuhan hadir dalam tindak dan perilaku yang kita lakukan. Di dalam berbagi akan bersemayan keluhuran budi, keindahan hati dan keagungan kalbu. Sahabat, jika kita bisa memilih, berhentilah berharap menjadi serigala lumpuh, dan mulailah meniru teladan harimau.

CERITA LALAT DAN SEMUT

Beberapa ekor lalat nampak terbang berpesta di atas sebuah tong sampah di depan sebuah rumah. Suatu ketika, anak pemilik rumah keluar dan tidak menutup kembali pintu rumah. Kemudian nampak seekor lalat bergegas terbang memasuki rumah itu. Si lalat langsung menuju sebuah meja makan yang penuh dengan makanan lezat.

"Saya bosan dengan sampah-sampah itu, ini saatnya menikmati makanan segar," katanya. Setelah kenyang, si lalat bergegas ingin keluar dan terbang menuju pintu saat dia masuk, namun ternyata pintu kaca itu telah terutup rapat. Si lalat hinggap sesaat di kaca pintu memandangi kawan-kawannya yang melambai-lambaikan tangannya seolah meminta agar dia bergabung kembali dengan mereka.

Si lalat pun terbang di sekitar kaca, sesekali melompat dan menerjang kaca itu, dengan tak kenal menyerah si lalat mencoba keluar dari pintu kaca. Lalat itu merayap mengelilingi kaca dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan bolak-balik, demikian terus dan terus berulang-ulang. Hari makin petang, si lalat itu nampak kelelahan dan kelaparan.

Esok paginya, nampak lalat itu terkulai lemas terkapar di lantai. Tak jauh dari tempat itu, nampak serombongan semut merah berjalan beriringan keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Dan ketika menjumpai lalat yang tak berdaya itu, serentak mereka mengerumuni dan beramai-ramai menggigit tubuh lalat itu hingga mati. Kawanan semut itu pun beramai-ramai mengangkut bangkai lalat yang malang itu menuju sarang mereka.

Dalam perjalanan, seekor semut kecil bertanya kepada rekannya yang lebih tua, "Ada apa dengan lalat ini, Pak? Mengapa dia sekarat?" "Oh.., itu sering terjadi, ada saja lalat yang mati sia-sia seperti ini. Sebenarnya mereka ini telah berusaha, dia sungguh-sungguh telah berjuang keras berusaha keluar dari pintu kaca itu. Namun ketika tak juga menemukan jalan keluar, dia frustasi dan kelelahan hingga akhirnya jatuh sekarat dan menjadi menu makan malam kita.

" Semut kecil itu nampak manggut-manggut, namun masih penasaran dan bertanya lagi, "Aku masih tidak mengerti, bukannya lalat itu sudah berusaha keras? Kenapa tidak berhasil?"

Masih sambil berjalan dan memanggul bangkai lalat, semut tua itu menjawab, "Lalat itu adalah seorang yang tak kenal menyerah dan telah mencoba berulang kali, hanya saja dia melakukannya dengan cara-cara yang sama." Semut tua itu memerintahkan rekan-rekannya berhenti sejenak seraya melanjutkan perkataannya, namun kali ini dengan mimik dan nada lebih serius, "Ingat anak muda, jika kamu melakukan sesuatu dengan cara yang sama tapi mengharapkan hasil yang berbeda, maka nasib kamu akan seperti lalat ini."

"Para pemenang tidak melakukan hal-hal yang berbeda, mereka hanya melakukannya dengan cara yang berbeda."

TIPS SUPAYA ATM ANDA AMAN

Saran Aman Ber-ATM dari Mantan Pembobol Rekening
Nurul Hidayati - detikNews - Jumat, 22/01/2010 09:10 WIB

Jakarta - Skimming yang menelan korban nasabah bank di Indonesia dan juga negara-negara lain di dunia tidak menggunakan teknologi canggih. Dengan alat dan trik yang sederhana, pencuri dengan mudah menyedot aset nasabah.

Kesederhanaan modus ini diungkap oleh Dan DeFelippi, mantan pencuri identitas nasabah kartu debet dan kartu kredit. Kini DeFelippe "telah insyaf" setelah ditangkap polisi AS tahun 2003 lalu dan kini bekerja sama dengan aparat hukum guna membongkar jaringan jahat di internet.

DeFelippe menyatakan, untuk mencuri identitas pemilik kartu kredit, dia cukup membeli nomor kartu kredit. "Anda dapat memberi nomor kartu kredit seharga satu dolar, dua dolar atau tiga dolar," katanya seperti dilansir www.13wham.com di Rochester, New York.

Website 'bawah tanah' juga menyediakan trik jahat ini. "Orang-orang secara aktif menulis informasi dan secara aktif menulis tutorial. Anda bisa mendapatkan daftar itu dengan mudah," ujarnya.

DeFelippi menyatakan, orang-orang sering bingung di depan mesin ATM dan pencuri tahu itu lalu memerasnya. "Bila Anda dapat memasang steker kamera di komputer dan steker sebuah VCR ke TV, Anda bisa melakukan skimming di ATM. Itu (Skimming) sesederhana itu. Anda bisa memberi piranti keras, yang harus Anda lakukan semua hanyalah mengkoneksikannya," ujarnya.

Inilah tips aman dari DeFelippe:

1. Salah satu ciri sebuah alat skimmer telah ditempelkan adalah bila Anda tidak melihat cahaya berpendar LED ketika Anda memasukkan kartu ke mesin ATM. Bisa jadi lampu LED tidak terlihat berpendar karena tertutupi oleh skimmer.

2. Waspadai kotak brosur yang mungkin menempel/di dekat ATM karena kotak brosur itu bisa jadi berguna untuk menutupi kamera tersembunyi untuk merekam gerakan jemari Anda menekan nomor PIN.

3. Biasakanlah menggunakan mesin ATM yang terdekat dengan kediaman/kantor Anda sehingga Anda familiar bagaimana mengoperasikannya dan mengetahui dengan cepat bila ada kejanggalan.

4. ATM drive-through adalah target bagus untuk pencuri identitas karena pengemudi seringkali merasa terburu-buru dengan pengantre lainnya sehingga tidak memberi perhatian lebih.

5. ATM teraman adalah yang berada di dalam bank atau toko yang ramai orang-orang.
6. Waspadalah bila ATM mengaku "rusak/out of order" sehingga uang tak bisa keluar, padahal Anda telah memasukkan kartu dan telah memasukkan PIN.

Di Indonesia, sejumlah bank telah mengumumkan kerugiannya akibat aksi skimmer. Rinciannya:
* BCA: 200 nasabah dibobol dengan kerugian sekitar Rp 5 miliar
* BNI: 19 nasabah dengan kerugian sekitar Rp 200 juta
* BRI: 3 nasabah dengan kerugian sekitar Rp 48,5 juta.

SEMOGA REALEAS BERITA INI BERMANFAAT .......

RAJA YANG MENJADI TUKANG KEBUN

Alkisah adalah seorang raja yang sangat besar kekuasaannya. Oleh karena kehidupan yang mewah dan serba cukup tidak membuat ketenangan kepada jiwanya. Sang raja akhirnya memilih untuk hidup sebagai rakyat biasa dengan menyamar sebagai tukang kebun.

Sang Raja akhirnya bekerja di salah seorang saudagar kaya yang mempunyai kebun delima yang cukup luas. Ia pun menjaga kebun itu dengan patuh dan rajin. Suatu hari datanglah tuan kebun itu dan meminta pekerja kebun membawakan sebiji delima yang masak lagi manis kepadanya. Pekerja itu pun segera menuju ranting-ranting delima untuk mencari buah delima yang paling masak.


Kemudian tuannya memakan delima tersebut, air mukanya berubah. Kemudian berkata: "Wahai pekerjaku tolong bawakan kepadaku sebiji delima yang lebih manis dari ini."

Sekali lagi, sang raja yang menjadi tukang kebun tadi pergi mencari buah delima yang lain tanpa mengetahui mengapa tuannya menyuruh dia membawakan sebiji lagi. Setelah buah yang diberikan kepada tuannya itu dimakan, dengan spontan buah itu dibuang oleh tuannya itu.

Oleh karena terlalu marah sebab buah yang dimakannya itu ternyata masih masam, ia pun berkata dengan suara yang keras: "Wahai pekerja! Heran sekali aku melihat engkau. Sudah begini lama engkau menjaga kebunku, tidakkah engkau tahu yang masam dan manis?"
Lalu jawab sang raja tadi dengan suara yang lemah dan sopan : "Tuan, bukankah saya ini diamanahkan untuk menjaga kebun supaya sentiasa subur buah-buahan, tetapi tuan tidak memberi izin kepada saya untuk mencicipi buahnya."

Betapa terkejutnya tuannya itu setelah mendengar jawaban tersebut. Tidak terduga sama sekali akan besarnya sifat amanah yang ada pada tukang kebunnya itu. Namun, alahngkah terkejutnya sang tuan tatkala mengetahui bahwa pekerja kebunnya adalah seorang raja mahsyur yang memang tengah mencari kehidupan sebagai rakyat biasa.

Sang tuan pun akhirnya menyadari bahwa memang pantaslah ia menjadi seorang raja yang terkenal bijak seantero negri. Jadi rakyat kecilpun beliau bisa betul-betul menjaga pekerjaannya walau sangat sepele. Ia pun segera meminta maaf dan sekaligus mendoakan sang raja.



(diilhami dari kisah Ibrahim bin Adham)

KISAH PENCUCI PIRING

Siapa yang paling berbahagia saat pesta pernikahan berlangsung? Bisa jadi kedua mempelai yang menunggu detik-detik memadu kasih. Meski lelah menderanya namun tetap mampu tersenyum hingga tamu terakhir pun. Berbulan bahkan hitungan tahun sudah mereka menunggu hari bahagia ini. Mungkin orang tua si gadis yang baru saja menuntaskan kewajiban terakhirnya dengan mendapatkan lelaki yang akan menggantikan perannya membimbing putrinya untuk langkah selanjutnya setelah hari pernikahan. Atau bahkan ibu pengantin pria yang terlihat terus menerus sumringah, ia membayangkan akan segera menimang cucu dari putranya. “Aih, pasti segagah kakeknya,” impinya.

Para tamu yang hadir dalam pesta tersebut tak luput terjangkiti aura kebahagiaan, itu nampak dari senyum, canda, dan keceriaan yang tak hentinya sepanjang mereka berada di pesta. Bagi sanak saudara dan kerabat orang tua kedua mempelai, bisa jadi momentum ini dijadikan ajang silaturahim, kalau perlu rapat keluarga besar pun bisa berlangsung di sela-sela pesta. Sementara teman dan sahabat kedua mempelai menyulap pesta pernikahan itu menjadi reuni yang tak direncanakan. Mungkin kalau sengaja diundang untuk acara reuni tidak ada yang hadir, jadilah reuni satu angkatan berlangsung. Dan satu lagi, bagi mereka yang jarang-jarang menikmati makanan bergizi plus, inilah saatnya perbaikan gizi walau bermodal uang sekadarnya di amplop yang tertutup rapat.

Nyaris tidak ada hadirin yang terlihat sedih atau menangis di pesta itu kecuali air mata kebahagiaan. Kalau pun ada, mungkin mereka yang sakit hati pria pujaannya tidak menikah dengannya. Atau para pria yang sakit hati lantaran primadona kampungnya dipersunting pria dari luar kampung. Namun tetap saja tak terlihat di pesta itu, mungkin mereka meratap di balik dinding kamarnya sambil memeluk erat gambar pria yang baru saja menikah itu. Dan pria-pria sakit hati itu hanya bisa menggerutu dan menyimpan kecewanya dalam hati ketika harus menyalami dan memberi selamat kepada wanita yang harus mereka relakan menjadi milik pria lain.

Apa benar-benar tidak ada yang bersedih di pesta itu? Semula saya mengira yang paling bersedih hanya tukang pembawa piring kotor yang pernah saya ketahui hanya mendapat upah sepuluh ribu rupiah plus sepiring makan gratis untuk ratusan piring yang ia angkat. Sepuluh ribu rupiah yang diterima setelah semua tamu pulang itu, sungguh tak cukup mengeringkan peluhnya. Sedih, pasti.

Tak lama kemudian saya benar-benar mendapati orang yang lebih bersedih di pesta itu. Mereka memang tak terlihat ada di pesta, juga tak mengenakan pakaian bagus lengkap dengan dandanan yang tak biasa dari keseharian di hari istimewa itu. Mereka hanya ada di bagian belakang dari gedung tempat pesta berlangsung, atau bagian tersembunyi dengan terpal yang menghalangi aktivitas mereka di rumah si empunya pesta. Mereka lah para pencuci piring bekas makan para tamu terhormat di ruang pesta.

Bukan, mereka bukan sedih lantaran mendapat bayaran yang tak jauh berbeda dengan pembawa piring kotor. Mereka juga tidak sedih hanya karena harus belakangan mendapat jatah makan, itu sudah mereka sadari sejak awal mengambil peran sebagai pencuci piring. Juga bukan karena tak sempat memberikan doa selamat dan keberkahan untuk pasangan pengantin yang berbahagia, meski apa yang mereka kerjakan mungkin lebih bernilai dari doa-doa para tamu yang hadir.

Air mata mereka keluar setiap kali memandangi nasi yang harus terbuang teramat banyak, juga potongan daging atau makanan lain yang tak habis disantap para tamu. Tak tertahankan sedih mereka saat membayangkan tumpukan makanan sisa itu dan memasukkannya dalam karung untuk kemudian singgah di tempat sampah, sementara anak-anak mereka di rumah sering harus menahan lapar hingga terlelap.

Andai para tamu itu tak mengambil makanan di luar batas kemampuannya menyantap, andai mereka yang berpakaian bagus di pesta itu tak taati nafsunya untuk mengambil semua yang tersedia padahal tak semua bisa masuk dalam perut mereka, mungkin akan ada sisa makanan untuk anak-anak di panti anak yatim tak jauh dari tempat pesta itu. Andai pula mereka mengerti buruknya berbuat mubazir, mungkin ratusan anak yatim dan kaum fakir bisa terundang untuk ikut menikmati hidangan dalam pesta itu.

NABI DAN PENGEMIS BUTA

Alkisah, hiduplah Di sudut pasar Madinah Al-Munawarah seorang pengemis Yahudi buta hari demi ia lalui dengan selalu berkata "Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya".


Setiap pagi Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad. Rasulullah SAW melakukannya hingga menjelang Beliau SAW wafat. Setelah kewafatan Rasulullah tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.

Suatu hari Abubakar r.a berkunjung ke rumah anaknya Aisyah r.ha. Beliau bertanya kepada anaknya, "anakku adakah sunnah kekasihku yang belum aku kerjakan", Aisyah r.ha menjawab pertanyaan ayahnya, "Wahai ayah engkau adalah seorang ahli sunnah hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja". "Apakah Itu?",tanya Abubakar r.a. Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana", kata Aisyah r.ha.

Ke esokan harinya Abubakar r.a. pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis itu. Abubakar r.a mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepada nya. Ketika Abubakar r.a. mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak, "siapakah kamu ?". Abubakar r.a menjawab, "aku orang yang biasa". "Bukan !, engkau bukan orang yang biasa mendatangiku", jawab si pengemis buta itu. Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya setelah itu ia berikan pada ku dengan mulutnya sendiri", pengemis itu melanjutkan perkataannya.

Abubakar r.a. tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, aku memang bukan orang yang biasa datang pada mu, aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW. Setelah pengemis itu mendengar cerita Abubakar r.a. ia pun menangis dan kemudian berkata, benarkah demikian?, selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia.... Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat dihadapan Abubakar r.a.

Dari kisah diatas kita dapat ketahui betapa mulianya sifat nabi Muhammad yang suka menolong sekalipun kepada pengemis yahudi yang selalu menghinanya. Beliau tidak marah malah sebaliknya beliau menunjukkan kecintaannya kepada orang yang membencinya. Semoga ini kisah ini bisa menjadi teladan untuk kita berbuat baik kepada siapapun sekalipun kepada orang yang membenci kita.

THE STORY OF ALQOMAH

At the time of the Prophet (peace be upon him), there was a young man named Alqamah. He was very diligent in obeying Allah by engaging in prayer and fasting and spending in charity. Then he fell ill and his illness became serious. His wife went to the Prophet and said, "My husband, Alqamah, is on his deathbed. I therefore came to tell you, Messenger of Allah, about his condition." The Prophet (then) sent for Ammar or Suhaib and Bilal, and told them to go to him (Alqamah) and have him repeat the Shahadah. Thereupon they went to him and found him in the agony of death. They asked him to say, "La illaha illa Allah," but his tongue was unable to pronounce it. At that, they came and told the Messenger of Allah that he was unable to repeat the Shahadah.

The Prophet asked, "Is either of his parents alive?" He was told, "Messenger of Allah, his mother is, but she is very old." The Prophet sent her a message that if it was convenient for her (that is, is she was able to go out), she should come to him; otherwise she should stay in her house and the Prophet would come to her.

The Prophet's messenger came to her and informed her of the Prophet's message. She said, "May my life be a ransom for him, it is my pleasure to go to him!" She then stood up, leaning on her walking stick, and came to the Prophet and greeted him. The Prophet returned her greeting and said to her, "Umm Alqamah, tell me the truth, for otherwise Allah Most High will reveal the truth to me! What is the situation concerning your son, Alqamah?" She replied, "Messenger of Allah, he prays much, fasts a great deal, and spends a great amount in charity." The Prophet said, "And what about yourself?" She said, "Messenger of Allah, I am angry with him." He said, "Why?" She replied, "Messenger of Allah, he has preferred his wife to me and has disobeyed me." Then Allah's Messenger said, "Umm Alqamah, surely your anger has prevented Alqamah's tongue from pronouncing the Shahadah."

He then turned to Bilal and said, "Bilal, go out and collect a quantity of firewood." She said, "Messenger of Allah, what do you plan to do?" He replied, "I will burn him in front of your eyes." She said, "Messenger of Allah, he is my son! My heart cannot bear your burning him in front of me!" He said, "Umm Alqamah, Allah's punishment is more severe and more lasting! Therefore, if you want Allah to forgive him, be reconciled to him. By the One in Whose Hand is my soul, the prayer, fasting, and spending in charity (which he has done) are of no benefit to Alqamah as long as you are angry with him! Thereupon she said, "Messenger of Allah, I call upon Allah Most High and His angels and the Muslims who are present to be my witnesses that I am pleased with my son Alqamah." Allah's Messenger said, "Bilal, go to him and see whether he is now able to say, "La illaha illa Allah" or not. It may be that Umm Alqamah is saying something for my sake which is not in her heart."

Thereupon Bilal went, and while entering the door he heard Alqamah saying, "La illaha illa Allah." (Concerning this), Bilal remarked, "It is surely true that while Alqamah's mother was angry with him his tongue was tied, and now that she is pleased with him his tongue is freed." Alqamah died the same day. The Prophet came to him and gave the order for his washing and shrouding, and then prayed the funeral prayer for him and buried him. He then stood by the side of his grave and said, "You company of Muhajireen and Helpers, if anyone favors his wife over his mother, Allah and His angels and all the people curse him! Allah does not accept his spending (in charity) and his uprightness unless he repents toward Allah, the Glorious and Majestic, and reconciles with her and attains her pleasure, because Allah's pleasure consists in her pleasure and Allah's anger consists in her anger."

Source: Reported in Tabarani and Ahmed.

We must always be respectful and obedient to our parents. However, we are not to obey them if they order us to disobey Allah and His Prophet. Other than this, they deserve our utmost attention and respect.

PELAYAN YANG BAIK HATI

Bertahun-tahun dahulu, pada malam hujan badai, seorang laki-laki tua dan istrinya masuk ke sebuah lobby hotel kecil di Philadelphia. Mencoba menghindari hujan, pasangan ini mendekati meja resepsionis untuk mendapatkan tempat bermalam.

"Dapatkan anda memberi kami sebuah kamar disini ?" tanya sang suami.

Sang pelayan, seorang laki-laki ramah dengan tersenyum memandang kepada pasangan itu dan menjelaskan bahwa ada tiga acara konvensi di kota.

"Semua kamar kami telah penuh," pelayan berkata. "Tapi saya tidak dapat mengirim pasangan yang baik seperti anda keluar kehujanan pada pukul satu dini hari. Mungkin anda mau tidur di ruangan milik saya ? Tidak terlalu bagus, tapi cukup untuk membuat anda tidur dengan nyaman malam ini."

Ketika pasangan ini ragu-ragu, pelayan muda ini membujuk. "Jangan khawatir tentang saya. Saya akan baik-baik saja," kata sang pelayan. Akhirnya pasangan ini setuju.

Ketika pagi hari saat tagihan dibayar, laki-laki tua itu berkata kepada sang pelayan, "Anda seperti seorang manager yang baik yang seharusnya menjadi pemilik hotel terbaik di Amerika. Mungkin suatu hari saya akan membangun sebuah hotel untuk anda." Sang pelayan melihat mereka dan tersenyum. Mereka bertiga tertawa. Saat pasangan ini dalam perjalanan pergi, pasangan tua ini setuju bahwa pelayan yang sangat membantu ini sungguh suatu yang langka, menemukan sesorang yang ramah bersahabat dan penolong bukanlah satu hal yang mudah.

Dua tahun berlalu. Sang pelayan hampir melupakan kejadian itu ketika ia menerima surat dari laki-laki tua tersebut. Surat tersebut mengingatkannya pada malam hujan badai dan disertai dengan tiket pulang-pergi ke New York, meminta laki-laki muda ini datang mengunjungi pasangan tua tersebut. Laki-laki tua ini bertemu dengannya di New York, dan membawa dia ke sudut Fifth Avenue and 34th Street. Dia menunjuk sebuah gedung baru yang megah di sana, sebuah istana dengan batu kemerahan, dengan menara yang menjulang ke langit.

"Itu," kata laki-laki tua, "adalah hotel yang baru saja saya bangun untuk engkau kelola".

"Anda pasti sedang bergurau," jawab laki-laki muda.

"Saya jamin, saya tidak," kata laki-laki tua itu, dengan tersenyum lebar.

Nama laki-laki tua itu adalah William Waldorf Astor, dan struktur bangunan megah tersebut adalah bentuk asli dari Waldorf-Astoria Hotel.

Laki-laki muda yang kemudian menjadi manager pertama adalah George C. Boldt. Pelayan muda ini tidak akan pernah melupakan kejadian yang membawa dia untuk menjadi manager dari salah satu jaringan hotel paling bergengsi di dunia.

~~~

Sahabat perlakukanlah semua orang dengan sikap terbaik, kemurahan dan ketulusan, dan saya yakin kita akan mendapatkan hikmah besar dari sikap terbaik tersebut...

BEAUTY OF MATH!

1 x 8 + 1 = 9
12 x 8 + 2 = 98
123 x 8 + 3 = 987
1234 x 8 + 4 = 9876
12345 x 8 + 5 = 98765
123456 x 8 + 6 = 987654
1234567 x 8 + 7 = 9876543
12345678 x 8 + 8 = 98765432
123456789 x 8 + 9 = 987654321


1 x 9 + 2 = 11
12 x 9 + 3 = 111
123 x 9 + 4 = 1111
1234 x 9 + 5 = 11111
12345 x 9 + 6 = 111111
123456 x 9 + 7 = 1111111
1234567 x 9 + 8 = 11111111
12345678 x 9 + 9 = 111111111
123456789 x 9 +10= 1111111111


9 x 9 + 7 = 88
98 x 9 + 6 = 888
987 x 9 + 5 = 8888
9876 x 9 + 4 = 88888
98765 x 9 + 3 = 888888
987654 x 9 + 2 = 8888888
9876543 x 9 + 1 = 88888888
98765432 x 9 + 0 = 888888888


Brilliant, isn't it?

And look at this
symmetry:

1 x 1 = 1
11 x 11 = 121
111 x 111 = 12321
1111 x 1111 = 1234321
11111 x 11111 = 123454321
111111 x 111111 = 12345654321
1111111 x 1111111 = 1234567654321
11111111 x 11111111 = 123456787654321
111111111 x 111111111 = 12345678987654321


Now,
take a look at this...

101%

From a strictly mathematical viewpoint:

What Equals 100%? What does it mean to give MORE than 100%?
Ever wonder about those people who say they are giving more than 100%?
We have all been in situations where someone wants you to GIVE OVER 100%.

How about ACHIEVING 101%?
What equals 100% in life?

Here's a little mathematica lformula that might help answer these questions:

If:
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
Is represented as:
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26.

If:
H-A-R-D-W-O-R- K
8+1+18+4+23+15+18+11 = 98%

And:

K-N-O-W-L-E-D-G-E
11+14+15+23+12+5+4+7+5 = 96%

But:

A-T-T-I-T-U-D-E
1+20+20+9+20+21+4+5 = 100%

THEN, look how far the love of God will take you:

L-O-V-E-O-F-G-O-D

12+15+22+5+15+6+7+15+4 =
101%


Therefore, one can conclude with mathematical certainty that. While Hard Work and Knowledge will get you close, and Attitude will get you there,

It's the Love of God that will put you over the top!

http://www.kaskus.us/showthread.php?t=2794480

KHILAFAH

Kenabian itu ‘mempersiapkan’ Khilafah selama 22 tahun

Maka, tanpa kenabian, berapa lama waktu yang kita perlukan untuk mempersiapkan Khilafah yang semisalnya?

NOVEL LEON L’ AFRICAIN karya Amin Maalouf, bagi saya adalah novel yang cerdas memilih setting politik. Sangat eksotis!

Bayangkan bahwa kisah dimulai dengan periode reconquesta, bersatunya Ferdinand of Arragon dan Isabella of Castilia membentuk Spanyol dan implikasinya yang mengerikan bagi seliruh Muslim dan Yahudi di seluruh daratan Andalus. Kisah di lanjutkan dengan pelarian mereka di Afrika Utara. Mesir saat itu, berada di bawah kekuasaan sultan-sultan Mamalik yang memerintah atas nama khalifah boneka, sisa keturunan terakhir ‘Abbasiyah. Ketika Sultan Salim I menakklukkannya, gelar khalifah dipersatukannya kembali atas nama wangsa ‘Utsmaniyah, untuk dirinya. Kisah berlanjut hingga masa kekuasaan Sulaiman I Al Qanuni yang berbarengan dengan ekspansi besar-besaran Charles V dari Holy Roman Empire . Di dalamnya terselip intrik-intrik besar di Vatikan, ketika Paus Leo X (1513-1521) dengan semangat glamornya membangun Basilica St. Peter hingga Martin Luther mengibarkan reformasi gereja dan pasukan petaninya berhasil merangsek ke kediaman Paus Clementius VII (1523-1534), kastil San Angelo . Eksotis sekali!

Di novel ini, terkisah Hasan ibn Muhammad Al Wazzan, sang tokoh utama, dihadapkan pada Paus Leo X setelah dijual sebagai budak oleh bajak laut religious –mungkin mereka generasi awal Mafioso ala The Godfathernya Mario Puzo-. Jawabannya sangat menarik ketika ditanya tentang system kekuasan Islam. “Tanah air kami adalah peradaban tak tertandingi dengan kemakmuran dan keadilan yang tergelar, ketika kekuasaan ada di tangan para Khalifah. Begitu para Sultan mengambil alihnya, dua hal itu adalah kenangan dan impian.” Meski sempat dibaptis sebagai Johannes Leo de’ Medici, Hasan tak kehilangan kerinduan pada sebuah kehidupan di bawah naungan khilafah. Menarik sekali.

Baik. Mari kita bicara tentang kekhalifahan dari sumber tak tercela dan dari lisan yang tak berdusta. Dia, Shallalhu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda,

“Akan berlangsung masa nubuwwah Pada kalian menurut apa yang dikehendaki Allah, lalu Allah mengangkatnya ketika Ia menghendaki mengangkatnya. Kemudian akan berlangsung khilafah di atas minhaj nubuwwah menurut apa yang dikehendaki Allah, kemudian Allah mengangkatnya ketika Ia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan berlangsung kerajaan yang menggigit menurut kelangsungan yang dikehendaki Allah. Lalu Allah akan mengangkatnya ketika Ia berkehandak mengangkatnya. Kemudian akan berlangsung kerajaan yang sewenang-wenang menurut kelangsungan yang dikehendaki Allah. Lalu Ia mengangkatnya ketika Ia menghendaki. Kemudian akan berlangsung khilafah di atas minhaj nubuwwah. Lalu beliau diam..” (HR Ahmad)

Nubuwwah berlangsung selama 22 tahun lebih. Lalu tentang khilafah, diriwayatkan bahwa Ummu Aiman Radhiyallahu ‘Anha, wanita yang mengasuh Rasulullah dan ibu dari pahlawan belia Usamah ibn Zaid itu, berkisah bahwa ia telah mendengar Rasulullah bersabda bahwa Khilafah berlangsung selama tigapuluh tahun. “Semula kukira hanya sampai masa ‘Umar”, demikian Ummu Aiman suatu hari berkata, “Ternayata kuhitung lagi dan dia sampai pada akhir hayat ‘Ali.”

Nah, itulah mengapa para ‘ulama Ahlus Sunnah lalu sepakat, khilafah rasyidah ada pada keempat shahabat utama tersebut. Lalu Mu’awiyah adalah sebaik-baik raja, yang memerintah dengan menggigit sunnah sekuat-kuatnya. Dan seterusnya.

Nubuat Nabi tentang kembalinya Khilafah setelah fase-fase berat yang dilalui ummat., adalah bara yang terus menyala di dada para pejuang Islam dan kader da’wah. Harapan besar itu seperti yang saya pelajari di matakuliah Komputasi Dasar dan Komputasi Numeris; y=f(x). Kita tahu x, kita tahu inputnya, kita tahu kondisi awalnya. Kita tahu y, kita tahu outputnya, kita tahu hasil akhirnya. Yang kita cari adalah f-nya, fungsi yang mengantarkan x pada y. mungkin dengan trial dan error, tapi dalam kasus Khilafah kita punya model yang mungkin lebih sederhana namun tetap relevan: Sirah Nabawiyah.

Secara nakal, saya akan menyebut bahwa pada masa Rasulullah, inputnya tentu kondisi masyarakat di masa jahiliyah. Jika kita pandang wafatnya Rasulullah, alias sempurnanya turun wahyu, dan dengan kata lain dimulainya khilafah Abu Bakr sebagai output, maka kita tahu fungsi yang mengantarkannya; kenabian. Kini pun sama. Inputnya ya kondisi kita sekarang, outputnya ya khilafah lagi. Prosesnya? Tentu buka kenabian. Tetapi alurnya harus mirip; da’wah yang sesuai sunnah dalam panduan Sirah Nabawiyah. Apa itu? Dengan sangat menyederhanakan saya ambil rasam Ustadz Muhammad Fauzil ‘Adhim tentang kepemimpinan Rasulullah sebagai ringkasan fungsi besar itu:
1. Makkah Awal: Motivasi

Ayat-ayat yang ditaruh pada masa ini adalah motivasi amal yang luar biasa. Gambaran surae dan neraka ditampakkan dengan abstraksi yang sangat rendah dan mudah ditangkap akal. Maka pada tahap ini semua sahabat beramal dan bekerja. Dan uniknya, kerja-kerja itu kebanyakan kerja sosial yang bahkan disebut eksplisit dalam wahyu: menyantuni fakir, memelihara yatim, membebaskan budak, menyambung kerabat, dan lainnya. Pembangunan kredibilitas system dan personal telah dimulai.

2. Makkah Akhir: Edukasi

Pada fase inilah, tarbiyah diintensifkan. Halaqah di rumah Al Arqam dibawa keluar untuk bertemu dengan realita. Kader-kader da’wah terdidik bukan hanya dengan pembacaan wahyu, tapi juga dengan tazkiyah, dan pengajaran berbagai hikmah yang mereka dapati dari pertentangan antara Al Haq dan Al Bathil.

3. Hijrah: Instruksi

Ada ketaatan yang diuji, ada kedisiplinan dan keteraturan shaff yang bisa dievaluasi. Hijrah adalah pengujian untuk solidaritas barisan dan mulai saat ini institusi komando mulai ditegakkan sebagai pilar awal daulah yang sebenarnya.

4. Madinah Awal: Diskusi

Di sini dimulai babak baru. Da’wah tanpa kuasa memang tak kenal kompromi.. Tapi pada satu titik memulai penegakan institusi, kekokohan internal difokuskan dan ancaman eksternel sementara direduksi dengan diskusi. Maka lahirlah piagam Madinah, bahkan syuraa untuk menggelar perang yang menghadirkan tokoh besar munafiq.

5. Madinah Akhir: Inspirasi

Pada titik inilah Rasulullah dan para shahabat adalah inspirasi. Mungkin ada orang-orang berkompeten di luar sana yang lalu menerima hidayah karena objektif menilai perjuangan beliau. Maka Makkah pun menyerahkan jantung hatinya; Khalid, panglima terhebat, ‘Amr ibn ‘Ash diplomat terlihai, dan ‘Utsman ibn Thalhah tokoh strategis pemegang kunci Ka’bah. Bersiaplah untuk itu wahai kader da’wah.

Nah, bisakah dikatakan bahwa kerja menuju Khilafah hanyalah kerja politik? Saya kira, lebih tepat disebut kerja da’wah. Maka, terperangah saya ketika membaca satu bagian artikel di situs www.hayatulislam.net di bawah judul Apakah Khilafah Itu? Ada tertulis, “Jadi mendirikan Khilafah paling tepat dilakukan oleh sebuah kelompok politik. Tidak tepat bila mendirikan Khilafah ditempuh melalui jalur selain jalur politik, misalnya jalur yang dilakukan kelompok yang mengadakan kegiatan sosial kemasyarakatan –seperti membangun sekolah dan rumah sakit; membantu fakir miskin; anak-anak yatim atau orang-orang jompo, dan sebagainya-, atau kelompok yang bergerak dalam peribadatan dan amalan-amalan sunnah, atau kelompok yang menerbitkan buku-buku keislaman, mentahrij hadist-hadist Nabi, dan sebagainya. Memang, semua itu adalah amal shalih, bukan amal salah. Namun tidak tepat kalau itu dimaksudkan sebagai langkah atau jalur menuju berdirinya Khilafah.”

Sebenarnya, saya salut bahwa kini dalam dataran amal mulai ada kerja-kerja social, sudah ada Tabanni Mashalih. Tapi jika secara konseptual begitu, yang kita tawarkan terlalu simplisitis dan mengejek pada ummat yang akan memberikan kepercayaan pada sebuah Daulah Khilafah. “ kalau anda tak berlatih dan tak terlatih mengurus hal-hal public untuk kami, kelak dalam kekuasaan anda, siapa yang akan mengurusnya? Apa kita akan mengulang kesalahan sejarah dengan menyerahkannya pada orang-orang Majusi seperti beberapa Khilafah ‘Abbasiyah dan orang-orang Yahudi pada masa Khilafah ‘Umayyah di Andalusia? Tidak. Itu terlalu mengerikan!”

Berdebat tanpa amal sungguh saya benci. Tetapi saya berharap slogan itu diganti. “Khilafah is the Only Solution”, tidaklah menggambarkan cita perjuangan peradaban Islam. Itu hanya teriakan “y!”. Padahal sekali lagi, yang kita perlukan adalah ‘f’. Bagi ummat ini, khilafah adalah system terbaik, cara- bukan solusi, apalagi tujuan- untuk merumuskan dan menjalankan solusi-solusi besar bagi permasalahan ummat, bahkan dunia. Maka khilafah bukanlah sesuatu yang instan menyelesaikan persoalan. Tak ada serta merta di sini. Kerja-kerja itu harus dimulai sejak sekarang. Tak hanya menyiapkan perangkat system tapi juga sumberdaya pengelolanya. Seorang mu’min lagi muttaqin. Seorang professional yang muhsin, seorang shalih yang mushlih.

Nah, jika saya ringkas, agaknya sikap kita terhadap Khilafah ada dalam empat poin berikut ini.

1. Khilafah itu adalah satu keniscayaan Nubuwwat, realistis dan bukan utopia.

2. Khilafah itu memerlukan sebab, maka kewajiban kita adalah berpartisipasi dalam mengikhtiyarkan sebabnya, bukan menunggu berpangku tangan.

3. Khilafah itu bukan ‘solusi jadi’ atas permasalahan ummat, tetapi alat yang dipakai untuk merumuskan dan menjalankan solusi, maka dia membutuhkan banyak sekali perangkat.

4. Sumberdaya yang akan mengelola perangkat-perangkat dalam Khilafah haruslah:

a. Kapabel dan kredibel. Maka dibutuhkan tarbiyah yang membuat mereka tumbuh, berkembang, berdaya, dan terkokohkan.

b. Kompeten. Maka dibutuhkan banyak kader da’wah yang terdidik ahli, spesialis berwawasan luas untuk mengisi kualifikasi di berbagai bidang pelayanan ummat.

c. Professional dan Well-trained. Maka dibutuhkan banyak eksperimen, latihan, dan pembelajaran yang diperoleh melalui pengelolaan public dalam organisasi da’wah, lembaga pelayanan, dan terlebih lagi institusi pemerintah daerah maupun pusat.

d. Terorganisasi. Maka dibutuhkan satu ‘amal jama’i yang menopang segala aktifitas persiapan menuju Khilafah.

Begitulah. Hingga nantinya, kata Hasan al Banna, kita akan menyelesaikan tahap tugas ‘Ustadziyatul ‘Alaam. Khilafah itu bukan berdiri angkuh atau berteriak nyaring di atas tahta dan mahkota, tetapi bekerja keras dan tersenyum ramah menjadi teladan semesta. Hingga nantinya, kata Anis Matta, ada satu titik di mana manusia tak bisa lagi membedakan pesona kebenaran Islam dengan pesona keagungan seorang muslim. Itulah kemenangan, dan Allah tempat memohon pertolongan.

(Salim.A.Fillah,”Saksikan Bahwa Aku Seorang Muslim”,hal. 384 - 390)

SAAT MERASA SIAL

Bismillah,

Pernahkah satu waktu anda merasa kesialan datang kepada anda? Anda merasa kesialan itu datang karena anda merasa berada di waktu yg salah, tempat yg salah, atau bahkan bertemu dengan orang yg (menurut anda) salah? Sedemikian ‘parahnya’ kesialan itu datang, hingga anda merasa bahwa anda tidak akan bertemu dengan orang itu atau tidak akan mau datang lagi ke suatu tempat karena anda yakin mereka semua itu adalah penyebab kesialan.

Saudara2ku, dalam Islam, hal ini disebut tathayyur (merasa sial).

Hal ini merupakan salah satu perbuatan yg DILARANG di dalam Islam. Contoh paling mudah adalah mempercayai angka 13 sebagai angka sial, kemudian percaya bahwa burung gagak dan/atau kucing hitam akan mendatangkan kematian/kesialan bagi yg melihatnya. Atau yg lebih buruk lagi, merasa dirinya sial karena menjalankan perintah agama, misalnya usai bersedekah tiba2 dirinya kecopetan. Maka, dia bisa jadi akan menyalahkan sedekah yg dia lakukan.

Perbuatan tathayyur ini ternyata sudah dilakukan oleh umat2 pembangkang agama Islam sejak dahulu. Kita bisa temukan di An Naml(27):47,“Mereka menjawab: “Kami mendapat nasib yang malang, disebabkan kamu dan orang-orang yang besertamu”. Saleh berkata: “Nasibmu ada pada sisi Allah, (bukan kami yang menjadi sebab), tetapi kamu kaum yang diuji”.”

Bahkan Fir’aun senantiasa menyebut Nabi Musa dan pengikutnya sebagai penyebab kesialan yg dia alami. Hmmm..aku jadi ingat dg George Bush, yg senantiasa mengaitkan terorisme dengan Islam. *senyum*

Rasululloh SAW sendiri menyatakan,“Bukan dari golongan kami, siapa yg merasa sial atau minta diramalkan kesialannya atau menenung atau minta ditenungkan atau menyihir atau minta disihirkan.” (HR Thabarani)

Pernyataan yg lebih keras juga dinyatakan, sebagaimana riwayat dari Ibnu Mas’ud,“Tathayyur (merasa sial) adalah syirik” (diucapkan sebanyak 3 kali) “Tetapi ALLOH SWT akan menghilangkannya dengan cara tawakal.” (HR Abu Daud dan Tarmidzi).

Dari pernyataan di atas, terutama hadits yg terakhir, kita mesti waspada terhadap perasaan merasa sial ini. Yakinlah bahwa sial itu tidak ada hubungannya dengan tempat, orang, atau waktu. Perasaan ini hanya bisa hilang jika kita bertawakal kepada ALLOH SWT, yakni menyerahkan sepenuhnya keputusan/kejadian yg dialaminya kepada ALLOH SWT (tentunya setelah berikhtiar sebelumnya).

Semoga kita semua terhindar dari perbuatan ini.

ORANG YANG TERTIPU

Imam al-Ghazali mengatakan ada manusia yang tertipu oleh keadaan, ilmu, dan amal yang dilakukannya. Mereka yang tertipu bukan hanya orang abid (banyak ibadah), tetapi termasuk orang yang alim (berilmu).

Pertama, orang yang mempelajari ilmu agama dan ilmu lain, tetapi ia tidak mengamalkan ilmunya. Ilmu tidak mendekatkan dirinya kepada Allah, menjauhkannya dari yang haram, dan membentuknya berakhlak mulia. Ilmu yang dimiliki orang tersebut tidak berharga karena tidak membuahkan amalan yang baik. Pemilik ilmu ini termasuk orang pertama dan paling berat mendapat azab Allah di akhirat. Nabi bersabda, ‘’Orang yang paling berat mendapat azab Allah adalah orang yang alim (berilmu), tetapi Allah tidak memberikan manfaat kepadanya melalui ilmunya. Ia salah seorang dari tiga golongan orang yang dikabarkan Nabi yang pertama merasakan azab api neraka.'’ (Al-Hadis).

Kedua, orang yang banyak beribadah dan berupaya memberatkan diri melakukan amalan lahir, seperti memperbanyak shalat sunat dan puasa sunat. Namun, ia mengabaikan penelitian terhadap hati dan menyucikan hatinya dari berbagai penyakit batiniah, seperti iri, dengki, riya, dan sombong. Penyakit batiniah bukan hanya membuat amalnya tidak bernilai, tetapi juga merusak dirinya. Padahal, Islam ingin mewujudkan keseimbangan antara amalan lahir dan batin, ibadah yang banyak dan berkualitas serta kesucian hati. Nabi bersabda, ‘’Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupamu dan harta yang kamu miliki, tetapi Ia melihat kepada hati dan amalmu.'’ (Al-Hadis).

Ketiga, orang yang beribadah kepada Allah dengan penuh kehati-hatian, tetapi sikapnya tersebut sampai pada batas menyulitkan dirinya. Sikap hati-hati memang dianjurkan Islam, tetapi tidak boleh sampai menyulitkan. Sebab, Allah menginginkan kemudahan kepada umatnya dalam pelaksanaan Islam, seperti firman-Nya, ‘’Allah menginginkan kemudahan kepadamu, dan Ia tidak menginginkan kesulitan terhadapmu.'’ (QS 2: 185). Kehati-hatian yang berlebihan tampak pada orang yang dihinggapi rasa waswas oleh godaan setan ketika berwudhu. Orang itu berkumur-kumur berulang kali dan menggosok dengan keras ketika air wudhu mengenai kulitnya. Orang yang berwudhu seperti ini tertipu oleh amalnya karena Islam tidak menuntut seperti itu. Yang penting basuhan air wudhu cukup apabila telah membasahi anggota wudhu.

Alangkah baik kehati-hatian yang berlebihan ketika berwudhu dipakai dalam mencari rezeki halal. Dalam Islam mencari rezeki halal mempunyai kedudukan yang penting. Menggunakan rezeki halal untuk dikonsumsi turut menentukan keberkahan hidup Muslim. Dan, pengabulan doa hamba oleh Allah terkait erat dengan rezeki yang dikonsumsinya. Nabi bersabda, ‘’Seorang laki-laki yang telah jauh perjalanannya, berambut kusut, penuh dengan debu, dia menengadahkan kedua tangannya ke langit dan berkata, ‘Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku,’ sedangkan makanan, minuman, dan pakaiannya haram, serta dikenyangkan dengan barang haram, maka bagaimana akan dikabulkan permintaannya (doanya).'’ (HR Muslim).

Nb, semoga dengan ini kita bisa lebih berhati-hati dalam beramal sholeh,,antara ilmu dan amal haruslah seimbang. jika kita ingin mengerjakan amal sholeh tapi belum tau ilmunya lebih baik menanyakan kepada yg lebih tau (Ahlinya).

PERAHU NUH

Mereka mengejeknya. Mereka bilang itu pekerjaan yang sia-sia belaka. Mereka bilang tak ada hajat sama sekali untuk membuat perahu. Lantas mengapa? Mengapa Nuh membuatnya? Tapi Nuh toh tak bergeming. Ia tetap saja melanjutkan pekerjaannya. Ia bekerja dengan keyakinan penuh.

Mereka yang pandangan matanya pendek, selalu hanya melihat hujan yang turun di depan mata mereka. Mereka takkan sanggup melihat awan. Apalagi melihat awan menyerap air dari bumi. Mereka juga tidak bisa melihat bagaimana hujan mengubah wajah bumi kita. Mereka yang pandangan matanya pendek, selalu memfokuskan tatapannya pada hilir dari sebuah sungai. Mereka tidak pernah bisa melihat hulu dari mana sungai itu mengalir. Apalagi menemukan mata air yang menyemburkan air itu.

Sebagian dari kuasa pengetahuan itu terletak pada fakta bahwa ia membuka mata kita untuk melihat lebih jauh dari apa yang dapat dilihat orang lain, melihat horizon yang lebih luas dari apa yang mungkin dilihat orang lain, dan karenanya membantu tangan kita menjangkau lebih banyak dari apa yang dijangkau tangan orang lain. Pengetahuan membuka mata kita untuk melihat fakta-fakta secara lebih apa adanya, menyeluruh dan jelas, terang, dan karenanya membantu kita merekonstruksi realitas dalam kerangka ruang dan waktu, serta menentukan sikap dan tindakan terhadap realitas tersebut.

Pengetahuan yang diperoleh Nuh dari sumber wahyu tentang akan datangnya sebuah banjir besar mengharuskan beliau menyiapkan perahu. Beliau tahu apa yang akan terjadi, maka ia tahu apa yang harus dilakukan. Itu sebabnya beliau bekerja dengan keyakinan penuh, menanggapi semua ejekan dengan tenang, santai dan dingin. Beliau melihat lebih jauh dari kaumnya. Beliau lebih antisipatif dari kaumnya. Karenanya beliau bisa menjangkau lebih dari mereka.

Pengetahuan membuat ruang masa depan, dengan segenap peristiwa-peristiwanya, tergambar jelas dalam benak Nuh. Bahwa ada ancaman yang akan membinasakan mereka. Dan itu pasti, karena sumbernya dari langit. Maka perahu itu adalah tindakan antisipasinya. Itulah sebagian dari kuasa pengetahuan itu: ia membantu kita bereaksi secara tepat, bersikap secara teratur dan bertindak lebih cepat.

Mereka yang memiliki pengetahuan, biasanya memiliki speed of life yang lebih cepat. Speed itulah yang sering tidak dapat dipahami orang ramai. Maka mereka bereaksi secara negative: mengejek atau menuduh, bukan bertanya dan mencari tahu.

[Anis Matta, sumber : Serial Pembelajaran Majalah Tarbawi edisi 218]

SEMANGKUK BAKMI PANAS

Pada malam itu, Ana bertengkar dengan ibunya. Karena sangat marah, Ana segera meninggalkan rumah tanpa membawa apapun. Saat berjalan di suatu jalan, ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tdk membawa uang.

Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah kedai bakmi dan ia mencium harumnya aroma masakan. Ia ingin sekali memesan
semangkuk bakmi, tetapi ia tdk mempunyai uang.

Pemilik kedai melihat Ana berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu berkata “Nona, apakah engkau ingin memesan semangkuk bakmi?” ” Ya, tetapi, aku tidak membawa uang” jawab Ana dengan malu-malu
“Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu” jawab si pemilik kedai. “Silahkan duduk, aku akan memasakkan bakmi untukmu”.

Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu mengantarkan semangkuk bakmi. Ana segera makan beberapa suap, kemudian air matanya mulai berlinang. “Ada apa nona?”
Tanya si pemilik kedai.
“tidak apa-apa” aku hanya terharu jawab Ana sambil mengeringkan air matanya.

“Bahkan, seorang yang baru kukenal pun memberi aku semangkuk bakmi!, tetapi,? ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah dan mengatakan kepadaku agar jangan kembali lagi ke rumah”
“Kau, seorang yang baru kukenal, tetapi begitu peduli denganku dibandingkan dengan ibu kandungku sendiri” katanya kepada pemilik kedai.

Pemilik kedai itu setelah mendengar perkataan Ana, menarik nafas panjang dan berkata “Nona mengapa kau berpikir seperti itu? Renungkanlah hal ini, aku hanya memberimu semangkuk bakmi dan kau begitu terharu. Ibumu telah memasak bakmi dan nasi untukmu saat kau kecil sampai saat ini, mengapa kau tidak berterima kasih kepadanya? Dan kau malah bertengkar dengannya”

Ana, terhenyak mendengar hal tersebut. “Mengapa aku tidak berpikir tentang hal tersebut? Untuk semangkuk bakmi dari orang yang baru kukenal, aku begitu berterima kasih, tetapi kepada ibuku yg memasak untukku selama bertahun-tahun, aku bahkan tidak memperlihatkan kepedulianku kepadanya. Dan hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengannya.

Ana, segera menghabiskan bakminya, lalu ia menguatkan dirinya untuk segera pulang ke rumahnya. Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan kata-kata yang harus diucapkan kepada ibunya. Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya dengan wajah letih dan cemas. Ketika bertemu dengan Ana, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah “Ana kau sudah pulang, cepat masuklah, aku telah menyiapkan makan malam dan makanlah dahulu sebelum kau tidur, makanan akan menjadi dingin jika kau tdk memakannya sekarang”. Pada saat itu Ana tdk dapat menahan tangisnya dan ia menangis dihadapan ibunya.

Sekali waktu, kita mungkin akan sangat berterima kasih kpd orang lain disekitar kita untuk suatu pertolongan kecil yang diberikan kepada kita. Tetapi kpd org yang sangat dekat dengan kita (keluarga) khususnya orang tua kita, kita harus ingat bahwa kita berterima kasih kepada mereka seumur hidup Kita.

RAHASIA WAKTU DHUHA

Sinar matahari dhuha merupakan pertanda dimulainya denyut aktivitas kehidupan di belahan bumi yang terkena pancarannya. Waktu dhuha adalah waktu ketika kondisi sinar matahari berada pada puncak kondusivitasnya untuk mendukung segala bentuk kegiatan manusia dan cita-cita yang ingin diraihnya. Betapa tidak, pada waktu dhuha kondisi manusia pada umumnya berada dalam puncak vitalitasnya, sehingga memungkinkan mereka untuk mengerjakan banyak hal dengan kualitas kerja yang terbaik. Hal ini tentu saja tidak lepas dari dukungan suasana di waktu dhuha. Betapa eratnya pertautan antara sinar matahari dhuha dengan geliat kehidupan seluruh makhluk! Ia menjadi sumber energi yang menggerakkan kehidupan. Kehidupan menjadi tampak dinamis di waktu dhuha.
Dalam waktu dan kondisi dhuha seperti ini, anjuran untuk melaksanakan shalat sunah Dhuha bisa dipandang sebagai pengiring yang menyertai dan menggandeng dinamisme gerak kehidupan. Shalat Dhuha seakan menjadi sinar dalam gelora kehidupan dengan kekuatan-kekuatan ruhaniah agar ia tetap berada dalam kendali norma-norma dan nilai-nilai luhur Ilahi. Sebab, tanpa kendali kekuatan-kekuatan ruhaniah itu, boleh jadi vitalitas dan potensi besar manusia di waktu dhuha seperti itu tersalurkan dengan cara-cara yang salah dan untuk tujuan-tujuan yang salah pula.
Mahasuci Allah Sang Pengatur waktu!
Shalat Dhuha merupakan wahana untuk membangun spiritualitas di sela-sela jam-jam sibuk, saat kita bekerja keras mengais rezeki untuk menghidupi keluarga, anak, istri, atau sekadar untuk diri sendiri. Shalat Dhuha bisa berperan menghidupkan suasana jiwa yang kondusif untuk senantiasa mengingat Allah.
Shalat Dhuha bisa menuntun kita untuk senantiasa mencari rezeki yang halal dan dengan cara yang halal pula; menuntun kita untuk senantiasa menyandarkan diri kepada Allah, agar kita tidak mudah berputus asa dalam bekerja, dan diberi keringanan dalam menjauhi segala godaan dan rayuan yang akan mengotori jerih payah dan ibadah kita dalam mencari rezeki. Dengan shalat Dhuha pula kita berharap bahwa setiap rezeki yang kita terima dari-Nya—apa pun bentuk rezeki itu—akan membawa keberkahan kepada kita.

FILOSOFI RODA

Suatu ketika, ada sebuah roda yang kehilangan salah satu jari-jarinya. Ia, tampak sedih. Tanpa jari-jari yang lengkap, tentu, ia tak bisa lagi berjalan dengan lancar. Hal ini terjadi saat ia melaju terlalu kencang ketika melintasi hutan. Karena terburu-buru, ia melupakan, ada satu jari-jari yang jatuh dan terlepas. Kini sang roda pun bingung. Kemana kah hendak di cari satu bagian tubuhnya itu?

Sang roda pun berbalik arah. Ia kembali menyusuri jejak-jejak yang pernah di tinggalkannya. Perlahan, di tapakinya jalan-jalan itu. Satu demi satu di perhatikannya dengan seksama. Setiap benda di amati, dan di cermati, berharap, akan di temukannya jari-jari yang hilang itu.

Ditemuinya kembali rerumputan dan ilalang. Dihampirinya kembali bunga-bunga di tengah padang. Dikunjunginya kembali semut dan serangga kecil di jalanan. Dan dilewatinya lagi semua batu-batu dan kerikil-kerikil pualam. Hei....semuanya tampak lain. Ya, sewaktu sang roda melintasi jalan itu dengan laju yang kencang, semua hal tadi cuma berbentuk titik-titik kecil. Semuanya, tampak biasa, dan tak istimewa. Namun kini, semuanya tampak lebih indah.

Rerumputan dan ilalang, tampak menyapanya dengan ramah. Mereka kini tak lagi hanya berupa batang-batang yang kaku. Mereka tampak tersenyum, melambai tenang, bergoyang dan menyampaikan salam. Ujung-ujung rumput itu, bergesek dengan lembut di sisi sang roda. Sang roda pun tersenyum dan melanjutkan pencariannya.

Bunga-bunga pun tampak lebih indah. Harum dan semerbaknya, lebih terasa menyegarkan. Kuntum-kuntum yang baru terbuka, menampilkan wajah yang cerah. Kelopak-kelopak yang tumbuh, menari, seakan bersorak pada sang roda. Sang roda tertegun dan berhenti sebentar. Sang bunga pun merunduk, memberikan salam hormat.

Dengan perlahan, dilanjutkannya kembali perjalanannya. Kini, semut dan serangga kecil itu, mulai berbaris, dan memberikan salam yang paling semarak. Kaki-kaki mereka bertepuk, membunyikan keriangan yang meriah. Sayap-sayap itu bergetar, seakan ada ribuan genderang yang di tabuh. Mereka saling menyapa. Dan, serangga itu pun memberikan salam, dan doa pada sang Roda.

Begitu pula batu dan kerikil pualam. Kilau yang hadir, tampak berbeda jika di lihat dari mata yang tergesa-gesa. Mereka lebih indah, dan setiap sisi batu itu memancarkan kemilau yang teduh. Tak ada lagi sisi dan ujung yang tajam dari batu yang kerap mampir di tubuh sang Roda. Semua batu dan pualam, membuka jalan, memberikan kesempatan untuk melanjutkan perjalanan.

Setelah lama berjalan, akhirnya, ditemukannya jari-jari yang hilang. Sang roda pun senang. Dan ia berjanji, tak akan tergesa-gesa dan berjalan terlalu kencang dalam melakukan tugasnya.

ISTRI-ISTRI RASULULLAH

Berikut ini kita tampilkan nama-nama Istri Nabi Muhammad SAW beserta sekilas penjelasannya:

1. SITI KHADIJAH: Nabi mengawini Khadijah ketika Nabi masih berumur 25 tahun, sedangkan Khadijah sudah berumur 40 tahun. Khadijah sebelumnya sudah menikah 2 kali sebelum menikah dengan Nabi SAW. Suami pertama Khadijah adalah Aby Haleh Al Tamimy dan suami keduanya adalah Oteaq Almakzomy, keduanya sudah meninggal sehingga menyebabkan Khadijah menjadi janda. Lima belas tahun setelah menikah dengan Khadijah, Nabi Muhammad SAW pun diangkat menjadi Nabi, yaitu pada umur 40 tahun. Khadijah meninggal pada tahun 621 A.D, dimana tahun itu bertepatan dengan Mi’raj nya Nabi Muhammad SAW ke Surga. Nabi SAW sangatlah mencintai Khadijah. Sehingga hanya setelah sepeninggalnya Khadijah lah Nabi SAW baru mau menikahi wanita lain.

2. SAWDA BINT ZAM’A: Suami pertamanya adalah Al Sakran Ibn Omro Ibn Abed Shamz, yang meninggal beberapa hari setelah kembali dari Ethiophia. Umur Sawda Bint Zam’a sudah 65 tahun, tua, miskin dan tidak ada yang mengurusinya. Inilah sebabnya kenapa Nabi SAW menikahinya.

3. AISHA SIDDIQA: Seorang perempuan bernama Kholeah Bint Hakeem menyarankan agar Nabi SAW mengawini Aisha, putri dari Aby Bakrs, dengan tujuan agar mendekatkan hubungan dengan keluarga Aby Bakr. Waktu itu Aishah sudah bertunangan dengan Jober Ibn Al Moteam Ibn Oday, yang pada saat itu adalah seorang Non-Muslim. Orang-orang di Makkah tidaklah keberatan dengan perkawinan Aishah, karena walaupun masih muda, tapi sudah cukup dewasa untuk mengerti tentang tanggung jawab didalam sebuah perkawinan. Nabi Muhammad SAW bertunangan dulu selama 2 tahun dengan Aishah sebelum kemudian mengawininya. Dan bapaknya Aishah, Abu Bakr pun kemudian menjadi khalifah pertama setelah Nabi SAW meninggal.

4. HAFSAH BINT UMAR: Hafsah adalah putri dari Umar, khalifah ke dua. Pada mulanya, Umar meminta Usman mengawini anaknya, Hafsah. Tapi Usman menolak karena istrinya baru saja meninggal dan dia belum mau kawin lagi. Umar pun pergi menemui Abu Bakar yang juga menolak untuk mengawini Hafsah. Akhirnya Umar pun mengadu kepada nabi bahwa Usman dan Abu Bakar tidak mau menikahi anaknya. Nabi SAW pun berkata pada Umar bahwa anaknya akan menikah demikian juga Usman akan kawin lagi. Akhirnya, Usman mengawini putri Nabi SAW yiatu Umi Kaltsum, dan Hafsah sendiri kawin dengan Nabi SAW. Hal ini membuat Usman dan Umar gembira.

5. ZAINAB BINT KHUZAYMA: Suaminya meninggal pada perang UHUD, meninggalkan dia yang miskin dengan beberapa orang anak. Dia sudah tua ketika nabi SAW mengawininya. Dia meninggal 3 bulan setelah perkawinan yaitu pada tahun 625 A.D.

6. SALAMA BINT UMAYYA: Suaminya, Abud Allah Abud Al Assad Ibn Al Mogherab, meninggal dunia, sehingga meninggalkan dia dan anak-anaknya dalam keadaan miskin. Dia saat itu berumur 65 tahun. Abu Bakar dan beberapa sahabat lainnya meminta dia mengawini nya, tapi karena sangat cintanya dia pada suaminya, dia menolak. Baru setelah Nabi Muhammad SAW mengawininya dan merawat anak-anaknya, dia bersedia.

7. ZAYNAB BINT JAHSH: Dia adalah putri Bibinya Nabi Muhammad SAW, Umamah binti Abdul Muthalib. Pada awalnya Nabi Muhammad SAW sudah mengatur agar Zaynab mengawini Zayed Ibn Hereathah Al Kalby. Tapi perkawinan ini kandas ndak lama, dan Nabi menerima wahyu bahwa jika mereka bercerai nabi mesti mengawini Zaynab (surat 33:37).

8. JUAYRIYA BINT AL-HARITH: Suami pertamanya adalah Masafeah Ibn Safuan. Nabi Muhammad SAW menghendaki agar kelompok dari Juayreah (Bani Al Mostalaq) masuk Islam. Juayreah menjadi tahanan ketika Islam menang pada perang Al-Mustalaq (Battle of Al-Mustalaq). Bapak Juayreyah datang pada Nabi SAW dan memberikan uang sebagai penebus anaknya, Juayreyah. Nabi SAW pun meminta sang Bapak agar membiarkan Juayreayah untuk memilih. Ketika diberi hak untuk memilih, Juayreyah menyatakan ingin masuk islam dan menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah yang terakhir. Akhirnya Nabi pun mengawininya, dan Bani Almustalaq pun masuk islam.

9. SAFIYYA BINT HUYAYY: Dia adalah dari kelompok Jahudi Bani Nadir. Dia sudah menikah dua kali sebelumnya, dan kemudian menikahi Nabi SAW. Cerita nya cukup menarik, mungkin Insya Allah disampaikan terpisah.

10. UMMU HABIBA BINT SUFYAN: Suami pertamanya adalah Aubed Allah Jahish. Dia adalah anak dari Bibi Rasulullah SAW. Aubed Allah meninggak di Ethiopia. Raja Ethiopia pun mengatur perkawinan dengan Nabi SAW. Dia sebenarnya menikah dengan nabi SAW pada 1 AH, tapi baru pada 7 A.H pindah dan tinggal bersama Nabi SAW di Madina, ketika nabi 60 tahun dan dia 35 tahun.

11. MAYMUNA BINT AL-HARITH: Dia masih berumur 36 tahun ketika menikah dengan Nabi Muhammad SAW yang sudah 60 tahun. Suami pertamanya adalah Abu Rahma Ibn Abed Alzey. Ketika Nabi SAW membuka Makkah di tahun 630 A.D, dia datang menemui Nabi SAW, masuk Islam dan meminta agar Rasullullah mengawininya. Akibatnya, banyaklah orang Makkah merasa terdorong untuk merima Islam dan nabi SAW.

12. MARIA AL-QABTIYYA: Dia awalnya adalah orang yang membantu menangani permasalahan dirumah Rasullullah yang dikirim oleh Raja Mesir. Dia sempat melahirkan seorang anak yang diberi nama Ibrahim. Ibrahim akhirnya meninggal pada umur 18 bulan. Tiga tahun setelah menikah, Nabi SAW meninggal dunia, dan Maria (thx buat Joan) akhirnya meninggal 5 tahun kemudian, tahun 16 A.H. Waktu itu, Umar bin Khatab yang menjadi Iman sholat Jenazahnya, dan kemudian dimakamkan di Al-Baqi.

JODOH DALAM PANDANGAN ISLAM

Allah swt berfirman dalam QS : Ar Ruum : 21

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.


Sudah menjadi sunatullah bahwa Allah menciptakan semua makhluknya berpasang-pasangan dan semua manusia pasti ada jodohnya tergantung ikhtiar dari manusia itu sendiri ataupun takdir Allah. Karena setiap takdir itu ada yang mutlak (sudah menjadi ketentuan Allah), kita sebagai manusia hanya bisa menerimanya dan satu lagi adalah takdir ikhtiari yaitu takdir yang memang bisa diperoleh dengan jalan ikhtiar atau usaha yang sungguh-sungguh

Ikhtiar yang bisa dilakukan oleh seorang Muslimah dalam mencari jodoh:


1.Berdoa kepada Allah agar diberikan jodoh yang baik, misalnya dengan shalat hajat. Allah telah berjanji dalam firmannya bahwa Muslim yang baik akan mendapatkan Muslimah yang baik dan laki-laki yang buruk akan mendapatkan wanita yang buruk pula, maka tugas seorang muslimah adalah berusaha untuk menjadi Muslimah yang baik, berikhtiar dengan sungguh-sungguh dan berdoa kepada Allah agar mendapatkan jodoh yang baik dengan cara yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.


Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)…..(QS : An Nuur : 26)


2.Meminta kepada orang tua/wali untuk dicarikan jodoh yang baik. Dalam Islam sebenarnya masalah jodoh bagi muslimah bukanlah menjadi tanggung jawab diri sendiri tetapi menjadi tanggung jawab orang tua ataupun wali.


Bahkan pada masa Rasulullah saw, pemerintah bertanggungjawab untuk mencarikan jodoh bagi muslim dan muslimah pada masanya. Sehingga seorang muslimah tidak perlu mencari sendiri jodoh untuk dirinya. Pendekatan/khalwat yang dilakukan sebelum ikatan pernikahan dengan alasan untuk saling mengenal antara keduanya tidaklah sesuai dengan nilai-nilai Islam. Bahkan pendekatan ini tidak selalu menjamin menjadi rumah tangga yang langgeng karena biasanya pendekatan yang dilakukan sebelum pernikahan lebih mengedepankan sisi subjektivitas antara keduanya.


3.Melalui mediator misalnya teman, saudara atau orang lain yang dapat dipercaya. Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri) nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya. …(An Nuur : 32-33)


4.Mencari sendiri dengan syarat tidak boleh langsung tetapi bersama pihak ketiga Rasulullah saw permah memberikan kriteria untuk menentukan pilihan pasangan hidup bagi seorang muslim/ah yang apabila dilaksanakan insya Allah rumah tangga Sakinah mawaadah warahmah akan dirasakan, Amin…


Apabila datang laki-laki (untuk meminang) yang kamu ridhoi agamanya dan akhlaknya maka kawinkanlah dia, dan bila tidak kamu lakukan akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang meluas. (HR. Tirmidzi dan Ahmad) à
untuk muslimah

Wanita dinikahi karena empat faktor, yakni karena harta kekayaannya, karena kedudukannya, karena kecantikannya dan karena agamanya. Hendaknya pilihlah yang beragama agar berkah kedua tanganmu. (HR. Muslim) à
untuk muslim


5.Jangan putus asa…. Jodoh adalah masalah ghoib yang menjadi rahasia Allah, sebagai manusia hanya bisa berikhtiar dan berdoa. Bagi muslimah yang belum mendapatkan jodoh jangan berputus asa, tetaplah berikhtiar dan berdoa. Sudah menjadi janji Allah bahwa semua makhluknya akan berpasang-pasangan. Hanya Allah yang maha tahu kapan waktu yang tepat untuk jodoh kita masing-masing. Wallahualam bishowwab..

Melunasi Hutang dengan Bantuan Allah

  Pagi itu datang seorang pengusaha ekspedisi kepada gurunya yang bernama Habib Umar bin Hud Al Attas (almarhum). Pengusaha tersebut me...